Sunday, August 30, 2015

Marah Itu Pilihan

by Mega Rambang

Bahagia itu sederhana.

Kalimat ini jadi tema statusku dan beberapa kawan saat mengikuti kuis yang diadakan oleh Morris.

Dan aku bersyukur mengikuti kuis itu,membuatku menyadari kalo bahagia itu gak cuma sederhana,sesederhana saat kita memutuskan buat bahagia.

Bahagia itu keputusan.

Saat kita memutuskan untuk mensyukuri setiap hal kecil eh sederhana yang kita miliki, maka kita akan berbahagia.

Aku juga belajar saat ini kalo MARAH pun juga bisa jadi pilihan kita.


Kemarin aku merasa marah pada seseorang,dia mengatakan sesuatu yang menyakitiku. Ingin rasanya mengatakan sesuatu untuk mengungkapkan kemarahanku, tapi aku pikir daripada aku melakukan sesuatu yang bodoh lebih baik aku diam dulu.Konyolnya,saat aku membayangkan orang lain yang mengatakan hal itu kepadaku,kok aku gak merasa semarah kepada orang tadi ya *sigh*. Aku memutuskan untuk berhenti marah.
AKU GAK MAU MARAH.

Perasaan muncul silih berganti,datang dan pergi dengan cepat,tapi sebenarnya kita yang memutuskan apakah perasaan itu akan tinggal menetap atau hanya sesaat.

Pernah dengar kalimat ini:
Seperti menyiram bensin ke api.
Kalimat ini biasa kita gunakan saat seseorang marah, lalu adaaaaa saja hal ato seseorang yang membuatnya semakin marah.Bayangkan api yang sedang membakar lalu disiram bensin,tentunya api semakin besar dan merusak sekitarnya. Demikianlah amarah yang dipelihara,alih-alih dipadamkan, malahan diberi bahan bakar,gimana gak merusak.

Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. 
Mazmur 4:5
 
Ayat ini yang menahanku untuk berkata-kata kepada orang yang membuatku kesal. Aku diam.
Good job Meg!
NO.
Aku diam tapi dalam hati aku masih kueseeeelllll luar biasa sama orang itu.Aku memikirkan berbagai alasan NEGATIF mengapa orang tersebut berkata demikian.
Aku sedang menyiram bensin ke apiku.
DAN AKU SEMAKIN MARAH.

Puji Tuhan,di tengah pergumulanku antara memaki-maki atau menyindir secara halus orang ini,kesadaran timbul, kesadaran untuk gak berbuat bodoh.
Aku baru berdoa,yeahhhh....sesudah lama bergumul baru ingat berdoa, aku berdoa dan protes ke Tuhan:
Apa sih maunya orang ini?
Dan Tuhan diam aja.
Mbok Tuhan jawab yaaa....hehhehehe

Gak tau napa waktu habis berdoa,aku jadi sedikit tenang.Mulai mencoba berpikir positif.
Diam di tempat tidur lagi dan mencari ribuan (oke,gak nyampai ribuan,aku lebay),eh beberapa alasan mengapa si orang ini berkata demikian.TAPI kali ini aku mencoba berpikir positif:
Pasti dia hanya bercanda...
Pasti dia gak tahu dampak perkataannya...
Pasti dia gak ingin menyakiti siapa-siapa...

Mencoba berpikir positif waktu marah tu gak gampang,ini seperti ada setan dan malaikat yang mencoba mempengaruhiku. Waktu aku mencoba berpikir positif ada aja sisi lain yang berkata:
Masa sih dia sebodoh itu, ngomong tanpa tau dampaknya.
Hahahaha,kepalaku penuh...

Dan ini lah ya dampaknya menaruh ayat hapalan tentang kasih dimeja kantor,aku melihat ayat ini:

Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.1 Korintus 13:5 
Kasih TIDAK PEMARAH.

Bukan berarti kasih gak bisa marah tapi kasih gak mudah marah.Kasih gak meledak-ledak merusak hubungan.Kasih marah dengan sopan,dia gak menyimpan kesalahan orang lain.Kasih yang marah bukan seperti binatang buas yang ingin menyakiti dengan semangat membalas.
sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Yakobus 1:20
Aku memilih melepaskan amarahku dan menyerahkannya kepada Allah.Aku mau mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.Aku gak mau marah sembarangan. Kalo pun aku perlu berbicara hati ke hati dengan orang tadi,aku memilih untuk menenangkan diriku,berpikir positif dan tidak membiarkan perasaanku bergantung pada orang lain.

Jika aku bisa memilih untuk berbahagia saat keadaan sebenarnya tidak membahagiakan,tentunya aku juga bisa dunk memilih untuk gak marah lagi.

Bukan karena aku gak punya alasan untuk marah,tapi karena alasan itu tidak penting,maka aku gak akan membiarkan sukacita dan damai sejahtera yang aku punya direnggut amarah sesaat. Kalopun aku marah,aku gak akan membiarkannya berlama-lama menetap di hatiku,aku akan mengusirnya jauh-jauh.
PERGI KAU AMARAH!!!
;)

Palangka Raya,4 Oktober 2013
-Mega Menulis- 

Thursday, August 27, 2015

THIS IS NOT MY JOB!

by Mega Rambang

THIS IS NOT MY JOB!!!

Pengen banget tereak gitu beberapa hari kemaren (dan sekarang juga) *sigh*
Beberapa hari yang lalu seorang kawanku anaknya sakit, sehingga dia minta izin pada hari Jumat untuk gak masuk kantor. Tebak, siapa yang ketiban kerjaannya?
*tunjuk diri sendiri* AKUUUU.....T_T
Padahal pekerjaan ini bukan tupoksiku, kok malah aku yang ketiban ni kerjaan ya, huhuhuhuhu
Mana yang bikin juengkel, ni kerjaan sebenarnya harus menunggu semua bidang mengumpulkan rencana kerjanya untuk tahun 2014 berupa kolom-kolom yang diisi dengan berbagai hal (capaian, target, keluaran, hasil, de el el). Lah, rupanya banyak bidang yang belum mengisinya dengan lengkap, alhasil, nunggu dunk, hiks.



Jumat kemaren (bayangkan, Jumat!!!!) aku baru pulang jam 6 sore. Itu pun aku bisa pulang gara-gara seorang tanteku menghubungiku mau menginap di rumah, kalo ngga, mana mungkin aku “dilepaskan” dari cengkeraman kerjaan ini.
Yang sangat menggangguku dan membuatku pengen mengeluh dan berteriak ‘THIS IS NOT MY JOB’
adalah (sekali lagi), ini bukan pekerjaanku. Oke lah, hari Jumat itu kawanku yang harus mengerjakannya anaknya sakit, sehingga dia tidak bisa melaksanakan tugasnya. Tapi, hari Senin ini, ketika yang seharusnya mengerjakan sudah ada, kok aku masih diminta mengerjakan pekerjaan ini beserta turunannya. Maksudku, ada tuh orang-orang yang tupoksinya adalah mengerjakan pekerjaan ini, ada orang-orang yang telah mengikuti diklat dan lebih mengerti pekerjaan ini, tapi, kenapa aku yang kebagian rempong? Hiks. Padahal, kalo yang mengerjakan adalah orang yang gak pernah mengerjakan, gak pernah dapat pelatihan, besar kemungkinan buat salah kan? I’m scared.
Salah satu kebiasaan jelek di kantorku adalah, seringkali saat pelatihan ato diklat, yang dikirimkan si A dan B, lah yang disuruh mengerjakan ntar si C. Gak nyambung kan?
Di instansi, ada yang namanya tupoksi alias tugas pokok dan fungsi. Tiap orang punya tugas masing-masing, apalagi yang telah menjabat jabatan tertentu. Lingkup pekerjaannya berkaitan dengan tupoksinya.  Jadi gak boleh tuh ya, misal aku yang di bidang industri, tanpa diminta tau-tau ngurus kerjaannya orang koperasi. Itu lancang. That’s not my job.  Kupikir, peraturan dibuat untuk keteraturan. Supaya kita tidak suka-suka mengerjakan pekerjaan yang ada. Kalo gak, ntar bakal terjadi kekacauan, ya kan? Seperti daku nih, yang disuruh mengerjakan pekerjaan X, padahal ada orang lain yang harusnya mengerjakannya. Gimana perasaannya? Dan bagaimana dengan pekerjaan yang harusnya aku kerjakan, bisa terbengkelai kan.
Dan, di saat aku ngedumel mengerjakan pekerjaan-pekerjaan itu, aku diingatkan ada bagian dari tupoksi  itu yang berbunyi  (kurang lebih) seperti ini:
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Ini nih poin yang bikin gak bisa ngeles apalagi kabur *menunduk*
Di bagian ini, walopun aku ngedumel, mau gak mau, suka gak suka, aku jadi tetap harus mengerjakan apa yang aku kerjakan kemaren *aaaarrrggggghhhhh...*. Karena emang yang memintaku mengerjakan adalah Kepala Dinas alias Big Boss di kantor *nangis kon*. Jadi, gak peduli, aku masih ada pekerjaan lain yang merupakan tugasku (ada beberapa pekerjaan yang emang pekerjaanku jadi tertunda, nyebelin kan), ato pun yang aku kerjakan ini aku pekerjaan orang lain seharusnya, well... saat big boss bersabda, daku Cuma bisa nunduk dan mengerjakan (walopun ngomel). Karena, protes gimana pun percuma booo. Sometimes, jadi berasa dimanfaatin.
Kejadian ini membawaku pada perenungan, bahwa aku diingatkan Tuhan untuk gak berteriak “THIS IS NOT MY JOB” sama Tuhan. Pernah kan tuh, saat Tuhan memintaku mengerjakan sesuatu, aku juga beralasan:
“This is not my job, Lord...”
Beserta sederet alasan lain muncul.
Talentaku gak disini Tuhan.
Si A kan lebih pas mengerjakan ini dibanding aku.
Aku masih punya pekerjaan lain nih Tuhan.
*seenggaknya ini alasan yang aku berikan, entah kalo kamu*
Padahal ini yang nyuruh bukan sekedar kepala dinas lagi, tapi Penciptaku, Penulis Hidupku, King of Kings, dan aku masih banyak alasan. Betapa berani(dan bodohnya) aku T_T
Dia gak butuh alasan-alasanku (yang bagus itu)
Dia gak menginginkan penolakanku.
Dia ingin aku taat.
Masa sih Tuhan gak tahu talentaku, He knows lahhhh. Saat Dia ingin aku mengerjakan tugas dariNya, gak peduli apa pendapatku, bisa atau ngga aku, Dia hanya ingin aku taat. Dia Penciptaku, Dia lebih tahu apa yang bisa dan gak  bisa aku kerjakan, lebih tahu dari aku malahan. Taruhlah, aku merasa gak bisa mengerjakan, so what gitu loh? AnugerahNya pasti memampukan aku. I must learn to trust Him.
“Jangan aku Tuhan, tuh Harun aja, dia lebih pinter ngomong dibandingkan aku”, jadi teringat Musa yang ngomong gitu. Seakan-akan dia gak percaya pada penilaian Tuhan, siapa yang dipilihNya, sampai-sampai Musa harus ‘mengoreksi’ Tuhan seperti itu. Konyol ya. Itulah yang juga aku lakukan terkadang *sigh*

Pernah gak sih Tuhan memintamu harus mengerjakan sesuatu dan kamu berkata ‘nanti’, karena kamu gak ingin jadwal dan rancanganmu saat ini terganggu. Kita beranggapan apa yang kita kerjakan sekarang, jauh lebih penting dari apa yang Tuhan minta untuk kita kerjakan. Padahal, apa lagi sih yang lebih penting selain menjalankan tugas yang diberikan Sang Raja. Apa lagi yang lebih menyenangkan dibandingkan menaatiNya dengan penuh sukacita? Bukankah suatu kehormatan, saat Sang Raja di atas segala raja meminta kita untuk melayaniNya? Masa sih agenda kita lebih penting dari agendaNya. Loh, katanya hidup adalah untuk Dia... Mana buktinya...Mana...

Sunday, August 23, 2015

Bekerja

by Stephanie Gunawan

Ada lagu sekolah minggu:

Apa yang dicari orang? Uang
Apa yang dicari orang? Uang
Apa yang dicari orang pagi siang sore malam? Uang, uang, uaaaaannggg.... bukan Tuhan Yesus

Inget gak, temen2?
Lagu sekolah  minggu yang sederhana itu, menurut saya, punya makna yang daleeemmm sekali.

Coba yah saya tanya.. Temen2 bekerja cari apa? Uang kan? Nanti uangnya bisa dipake beli makanan, beli baju, beli perhiasan, beli mobil, beli rumah, dll dll... Asal ada uang, kita bisa beli kebutuhan dan kenyamanan.. bahkan kekuasaan! Tapi, saya mau bilang... kalimat "bekerja cari uang" sebenernya bikin kita salah memaknai hidup ini. Saya akan mencoba mendaftar beberapa harapan dan pemikiran kita (atau lebih tepatnya, saya) yang sebenernya salah arah..

Kita seringkali berpikir:
Bekerja cari uang.... supaya bisa makan, jadi tetep sehat dan kuat, tetep hidup lah pokoknya
Bekerja cari uang.... supaya bisa beli baju dan perlengkapan sehari2 (sabun, baju, obat, dll)
Bekerja cari uang.... supaya bisa bayar cicilan (gadget, mobil, rumah, dll)
Bekerja cari uang.... supaya bisa bayar asuransi macem2, ya asuransi jiwa, asuransi pendidikan anak, intinya jaminan keamanan untuk masa depan
Bekerja cari uang.... supaya bisa gaya (makan di mall, beli baju baru, nongkrong di warung kopi yang harga segelas kopinya bisa buat beli sekarung beras 5 kg)
Bekerja cari uang.... supaya bisa kaya!

Intinya: I WANT MONEY!!! I NEED MONEEYY!!!! I NEED TO WORK TOTALLY HARD TO GET MONEY!!!!

Akhirnya kita banting tulang. Berangkat pagi, pulang malam. Sehat gak sehat, gak peduli.. Yang penting tetep ngantor dan gaji gak dipotong. Pulang kantor, urusin barang dagangan online. Time is money. Setiap detik diusahakan ada cash yang masuk ke account. Cring cring cring *bunyi koin2 masuk ke celengan*. YEAH BABY!! I GET MONEEYY!!!

But,




is it true? .......





Betulkah bekerja tuh.. untuk cari uang? ......





Menurut saya, secara harafiah: YES. You work, your boss pay you with money. So, yes, we work to get money.
Tapi dilihat dari makna hidup: NO. We simply don't work to get money. 

Salomo bilang..

"Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini" 
Amsal 23: 4

Ada lagi..

"Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah - sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur."
Mazmur 127: 2

Sia-sia kerja dari pagi sampe malem, dapet duit, beli roti, terus makan rotinya.. Why? Karena biasanya kita udah gak nikmat makannya.. Kita kecapean kerja, makan telat, masuk angin, eneg, makan roti pun rasanya gak napsu..

Tenang aja... Tuhan sayang sama kita. Kita bobo pun, Tuhan kasih roti untuk kita. Kaya orang Israel gitu lho.. Malem2 Tuhan kirim manna, pagi2 udah tinggal mungut. Kalau emang mau makan roti, gak usah bekerja gila-gilaan. Gak usah cari duit gila-gilaan. Gak usah repot-repot jadi kaya. Tinggalkan niat kita ini!

Kenapa siiiihhh gak boleh punya niat pengen kayaa??? Emangnya dosa???

Saya tanya dulu, sampai seberapa jauh kita pengen kaya? Kalau kita pengen kaya lebih daripada kita pengen deket sama Allah, YES, itu dosa. Kalo udah sampe kaya gitu, money is your god. Uang adalah 'allah lain' kita.

Lalu... kita kerjanya santai aja donk ya.. gak usah kerja sungguh2? Eeeiiittt... bukan berarti kita males2an lho ya.. Ini dia intinya bekerja.
Kita bekerja untuk:

  • memenuhi panggilan Allah dalam hidup kita. Yang terpanggil jadi dokter, penuhi panggilanmu.. yang terpanggil jadi guru, silakan ngajar.. yang terpanggil jadi hakim, ayoo laksanakan.. (1 Kor 12: 1-31)
  • bersungguh-sungguh memberikan yang terbaik untuk Dia (Kolose 3: 23)
  • jadi saksiNya di lingkungan kerja kita

Jadi, 'bekerja' sebenernya adalah suatu hubungan kita dengan Allah, suatu sarana yang Allah gunakan untuk membentuk kita makin serupa Dia dan juga hanya sekedar 'jasa antar' (semacam JNE atau Tiki :D) yang Ia pakai untuk mengirim berkat-Nya. Bekerja bukanlah sebuah target, bukan juga sebuah alat untuk mendapatkan lebih banyak uang. Bekerja.. is just simply to worship Him. 

Kalau melihat bekerja sebagai sarana cari uang, saya ucapin: Selamat deh! Kita pasti super cape dan lelah, dan gak bisa menikmatinya karena kita udah capeeeeee banget... badan jadi sakit, duit banyak pun dipake untuk berobat.

Lalu, apa yang harus kita cari dalam hidup ini? Balik ke lagu sekolah minggu tadi. :) Harusnya kita cari Tuhan Yesus. Read His words more, talk to Him more, spend time with Him more, love Him more *khotbah ke diri sendiri juga -.-"* 

~Oh ya, sebagai tambahan, bisa baca Pengkhotbah 5: 9-19. :) Have a nice day!

Thursday, August 20, 2015

K.E.R.A.J.I.N.A.N.

by Stephanie Gunawan

Belakangan, saya lagi belajar yang namanya k.e.r.a.j.i.n.a.n.

Kemaren kan saya post ini, di situ ci Lia tulis komen. Salah satunya begini: dont take his love for granted.. Nah, aye jadi bingung donk. Sebenernya apa sih makna 'take something for granted'? Jadi, saya buka kamus di inet. Bunyinya gini..

take someone or something for granted:

to expect someone or something to be always available to serve in some way without thanks or recognition; to value someone or something too lightly. (I wish you didn't take me for granted. I guess that I take a lot of things for granted.)
McGraw-Hill Dictionary of American Idioms and Phrasal Verbs. © 2002 by The McGraw-Hill Companies, Inc.
Hm.. saya jadi berpikir.. apakah saya berharap suami saya bs serve saya selamanya? Apakah saya gak berterima kasih pada suami saya? Apakah saya gak menghargai dia? Apakah saya memanfaatkan cinta suami saya demi kepentingan saya pribadi? Demi ego saya yang ingin merasa dikasihi dan dilayani terus-menerus? Apakah saya juga menunjukkan cinta saya pada dia? Apakah saya juga mau melayani dia dalam segala hal? Do I love him as he loves me? Do I serve him as he serves me?
Honestly, saya merasa kurang dalam melayani suami saya. Saya tetep sih bersih2, masak. Tapi saya gak punya schedule yang sama. Saya gak rutin tuh tiap hari mesti bangun, sate, mandi, masak, beresin kamar, sapu pel, cuci piring. Kalau bangun kesiangan, saya bisa aja gak masak, beli di bawah. Atau kadang uda mesti berangkat, saya gak beresin kamar. Tar pulang malem2, baru F yang sapu pel. Aih... feel bad. Alasannya sih jelas... saya males... Urusan bersih2 memang gak pernah menyenangkan buat saya. Tapi I do it to make my husband happy. Dia gak betah kalo love nest berantakan, so I do it for him. Besides, I do it to honor my Lord too. Jadi, kerjain deh. Gak pernah sih bersih2 to fulfill my own desire. Hahaha I realize, saya tu males..
Selama ini ketolong karena ada komunitas blogger seperti ci Lia, ci Grace dan ci Shinta yang kasi teladan oke banget gimana pentingnya jadi IRT. Melayani suami dan anak2 mereka dengan sepenuh hati dan penuh sukacita. Mereka yang udah punya anak aja masih rajin bersih2, siapin makanan (which I realize now, it takes a lot of efforts), ngajar tot school juga ke anaknya, dan masih nge-blog, sharing kehidupan mereka buat jadi inspirasi untuk wanita2 lain.
To ci Lia, ci Grace, ci Shinta: Ladies, beneran deh, kisah kehidupan kalian tu menginspirasi aku banget. Kalian jadi teladan untuk aku. Aku diproses untuk semakin serupa Kristus lewat kalian. Aku pengen bisa testify God's goodness in my life seperti kalian. Walaupun kita terbentang jarak, tapi aku bersyukur banget sekarang udah ada internet, jadi tetep bisa lihat kesaksian hidup kalian. However, I know it's better punya mentor yang bener2 kita bs temui orangnya. Tapi, ketemu mentor yang bener2 satu kota, ngobrol face to face, sebenernya gak gampang juga lho. Kayanya waktu kami nabrak aja. Dan kita ditarik sana sini untuk kerjain tugas masing2. Jadi, saatnya aku senggang, orang lain sibuk. Dan sebaliknya. Kalau lewat FB, walopun kalian postnya pagi2 dan aku baru bisa online malem2, aku tetep bisa baca kesaksian kalian. Jadi, yah it's good to know all of you. Praise the Lord.
Berikutnya, tentang lesson k.e.r.a.j.i.n.a.n. ini. Kemaren saya juga baru baca Christian Pundit. Artikel Guys, It Matters Whom You Marry, Too. Intinya tentang hal2 yang harus dipertimbangkan seorang pria sebelum membina hubungan dengan seorang wanita. Di paragraph awal ditulis: One pregnancy can alter a figure, responsibilities at home can reveal laziness, and a disagreement about money can turn her against you.
Jeng jeng jeng.... Iyah saya lom siap terektekdung, tapi sadar itu bisa alter my personalities and moods.. Ada yg lagi hamil n cerita bawaannya kesel mulu. Dia sendiri sadar mestinya gak boleh gitu. Gak boleh mentang2 hamil, jadi sah2 aja untuk marah2. Jadi sekarang belajar dulu dari kesaksian orang2, supaya tar pada waktunya, saya tetap bersukacita.

Yang kedua. Bener banget! Responsibilities at home can reveal laziness! Saya tau semua kerjaan mbak saya, harus saya ambil alih. Awalnya terasa challenging. Lama2, baru mikirin aja rasanya badan udah pegel. *ketauan kan malesnya* Lebih lama lagi, ketika udah ngeliat itu sebagai my responsibility, my calling to serve my husband with a clean love nest and healthy meals, uda lebih mendingan. Saya uda lebih kepengen ngurusin hal2 itu. Gapapa gak online sesering dulu. Gapapa gak nulis sebanyak dulu. Gapapa gak latian piano sebanyak dulu. Yang penting rumah tangga beres, bersih.

Saya selalu teringat ayat ini. Titus 2:4-5
dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda  mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.

Frase 'rajin mengatur rumah tangganya' terngiang2 terus belakangan ini. Ayo saya harus rajin ngurus rumah tangga seperti yang dipesankan oleh Titus, diteladankan oleh ketiga cici yang tadi saya sebut di atas, dan difirmankan Allah. Tujuan saya memang itu: agar Firman Allah jangan dihujat orang. Kalau saya males, cewe laen bisa bilang... "tuu dia aja yang nulis banyak2 di blog tentang firman, males2an di rumah. Gw juga bisa donk kaya dia.." Waaaaaahhh saya bakal jadi batu sandungan banget. Firman Allah bisa dihujat gara2 kelakuan males saya. Jadi, jangan sampe deh kaya gitu.

Ternyata mengurus love nest banyak tanggung jawabnya. Hmph! Singsingkan lengan baju! Buang napas! Kuncir rambut ke atas! Yak ayo mulai bersih2! Buku2 harus pada tempatnya, piring2 dan panci harus dimandiin, baju2 kotor taro di ember, selimut dilipet, lantai kamar mandi digosok, jangan lupa beli beras. Beras udah mo abis. v^^v

Yang ketiga, a disagreement about money can turn her against you. Hmm selama ini sih kita gak pernah masalah tentang ini sih. Jangan ampe deh. Amit2, amit2. *ketok2 meja* Selama ini kita coba praktekkin untuk terus komunikasi masalah uang. Saya juga coba tanya dia kalo saya mau beli ini itu. Semoga kami tetep bisa berkomunikasi dengan baik tentang uang.

So, do I take my husband's love for granted? Mungkin kalau saya nerusin kemalesan saya, I will take his love for granted. Tapi berhubung sekarang udah kekemplang dari berbagai sisi (firman, artikel, teladan2 saya), gak berani deh males2an lagi. Sekarang belajar rajin ngurus rumah tangga.

Tiba2 inget Amsal 31: 27
Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.  ---> baru hari ini berasa kalau ayat ini berbicara banget buat saya. Baru paham apa artinya. ^^ (Emang firman tu gak ada abisnya ya.. Setiap fase kehidupan saya berubah, saya jadi memahami makna ayat2 yang dulu saya belum pahami. Selalu ada new treasure waiting to be found.)

Dan yah, kemaren saya udah ngobrol ma F. Dia bilang dia gak berasa I take his love for granted dan dia nyemangatin saya. Dia bilang, "Tenang aja, kamu akan tau bagaimana harus bersikap yg bener." Abis itu emo kiss. Hehehe Syukurlah. ^^

Thursday, August 13, 2015

Cross Cultural Marriage: Perbedaan Itu Indah

by Lia Stoltzfus  |  Majalah Pearl #04

“Pokoknya mami gak setuju kalo kamu menikah sama si Ucok itu! Papi kamu bisa sakit jantung kalo tau selama ini kamu pacaran diem-diem”.

“Apa sih menariknya si Juminten? Tuh temennya papa, si koh Aliong anaknya cakep... si Meiling, masa kamu gak inget dia? Kaya loh kluarga mereka, punya 3 toko di Jatinegara.”

“What? No..No..No... mami gak sudi si Joko jadi mantu mami. Kamu tuh apa-apaan sih, jatuh cintanya gak ada yang bener, dulu pas SMU sama si Soleh anak pak RT, sekarang si Joko.... Halaaaah...enggak deh!”

“Kenapa sih orangtua gak ngerti gue?” Prita curhat sama sahabatnya, Merry. “Bambang kan udah kerja, cukup umur, bertanggung jawab, sopan dan cinta Tuhan lagi?? Kenapa masalah suku dipermasalahkan? Kenapa gue harus merid sama yang se- suku?”

Pernikahan Lintas budaya, kenapa mengundang banyak pertentangan? Apakah Firman Tuhan juga menentang adanya pernikahan lintas budaya? Di Perjanjian Lama, Tuhan melarang bangsa Israel kawin campur dengan bangsa lain. Lah brarti kita mesti meridnya sama yang sebangsa setanah air dongs? Eiiits tunggu dulu... yuk kita baca dari sumbernya langsung...

Kamu tak boleh kawin dengan mereka (penyembah berhala), dan jangan izinkan anak- anakmu kawin dengan mereka, supaya mereka jangan menjauhkan anak-anakmu dari TUHAN untuk menyembah ilah-ilah lain (Ulangan 7: 3-4).

Ternyata yang jadi concern of God is jangan menikah sama bangsa lain karena mereka gak kenal Allah yang benar, mereka menyembah berhala. Padahal yang jadi kerinduan hati Tuhan adalah lewat hubungan antara suami dan istri itu dapat merefleksikan hubungan Kristus dengan jemaatNya (Efesus 5 : 22- 33). Bagaimana caranya kalau kita menikah dengan yang tidak seiman dapat menggenapi rencana Tuhan tersebut?

Hal ini diconfirm lagi dalam 2 Kor. 6: 14-1. Janganlah kamu merupakan pasangan
yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang- orang tak percaya?Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?

Jelas di ayat tersebut bahwa Tuhan tidak menghendaki pernikahan dengan orang yang tidak percaya dan tidak ada penambahan bahwa pernikahan harus dengan yang sesuku ataupun sebangsa.

Kalau gitu kak, kenapa orangtua saya yang Kristen dan juga aktif pelayanan di gereja gak setuju saya menikah dengan etnis tertentu? Apa yang harus saya lakukan?

Orangtua adalah otoritas yang Tuhan tempatkan untuk menjadi pagar dan payung rohani. Saya percaya orangtua memiliki kepekaan dan pertimbangan tertentu meskipun mereka tidak sempurna. Sembari bawa di dalam doa, lakukan juga pendekatan hati ke hati dengan orangtua dengan tanya mengapa mereka buat larangan seperti itu. Apakah karena di masa lalu mereka pernah ditipu oleh orang dari suku tertentu, atau dilukai atau punya pengalaman buruk dengan mereka? Banyak alasan yang bisa digali. Ketika kita tau alasan mengapa orangtua kita melarang kita bangun hubungan atau menikah dengan orang dari suku tertentu, itu bisa jadi bahan pergumulan yang lebih spesifik di dalam doa. Bisa jadi juga orangtuamu tidak setuju bukan karena masalah etnis tapi karena mereka lihat dari segi tanggungjawab dan kedewasaan, calonmu tidak memenuhi standart mereka atau juga mungkin karena mereka tau resiko dan tantangan pernikahan cross cultural sangat berat dan mereka
takut bahwa pernikahanmu jadi gagal.

Padahal kebenarannya adalah BERHASIL atau TIDAKNYA sebuah pernikahan tidak
bergantung pada banyaknya kesamaan atau perbedaan di antara pasangan tersebut

tapi dari SEBERAPA JAUH kita mau TAAT apply prinsip Firman Tuhan.

Saya sendiri menikah dengan pria yang berbeda sekali dalam segala hal, beda bahasa, suku bangsa, latar belakang ekonomi, pendidikan, budaya bahkan denominasi gereja. Sudah jelas, perbedaan-perbedaan yang ada dapat menimbulkan tantangan-tantangan, konflik, stress yang pasangan lain gak alamin. Tapi kami juga merasakan keindahan dari perbedaan-perbedaan yang ada. Kami bisa saling belajar, berdiskusi, saling menghargai dan juga menentukan warna keluarga kami sendiri.

Perbedaan bisa jadi INDAH tergantung bagaimana kita menyikapinya. Pasti ada hal-hal yang bikin stressful tapi asal ada komunikasi yang terbuka pasti ada jalan keluar.

Waktu kami mempersiapkan pernikahan kami, banyak sekali hal-hal yang harus kami pertimbangkan dan putuskan. Sebagai contoh, di gereja suami saya, mereka biasa nyanyi tanpa iringan alat musik dan memakai hymn book sedangkan di gereja saya untuk pujian penyembahan biasanya diiringi full band music. Akhirnya kami memutuskan bahwa Ibadah Pemberkatan Pernikahan kami diiringi oleh alat musik tanpa bass dan drum demi kenyamanan 30 orang tamu kami (termasuk keluarga besar
dan pastor gereja suami saya) yang berlatar belakang dari Anabaptis.

Pas "Unity Candle" dalam Pemberkatan Nikah kami, kami SENGAJA pake 3 lilin yang warnanya BEDA, bukan warna PUTIH seperti biasanya. Kenapa?

Karena itu sebagai simbol buat kami berdua yang punya "WARNA yang BEDA" untuk ngingetin bahwa kami emang BEDA tapi bukan berarti gak bisa membangun yang namanya KESATUAN. Tidak ada yang mustahil bagi yang percaya kan? (katakan "AMIN" buat Firman Tuhan).

Dad & Mom (Mike's parents) gave him the RED Candle, as his "identity," and my parents gave me the YELLOW Candle as my "identity" karena kami berdua dilahirkan di tempat yang beda dan dibesarkan dengan cara yang berbeda pula.. but when we wanted to light "our own family candle," we united our colors.

We use a big ORANGE candle because orange is a BLEND of RED and YELLOW colour. No more "Mike" and "Lia" as independent people We are in this TOGETHER...as ONE We will build OUR OWN FAMILY with Principles BASED ON THE BIBLE not on our traditions or cultural background. so.. when we face problems especially because of our "differences", we will look to the Bible. That's Our commitment in front of the Lord, our families and Church.

Dan bener banget, semakin hari yang namanya tinggal "se-atap" makin keliatan banyak perbedaan demi perbedaan, dari yang simple-simple, lucu en "aneh" sampai yang berpotensi bikin "konflik". Bahkan kami juga mesti ngadepin banyak masalah "tekanan budaya" dan lingkungan yang beda tapi kami terus diingetin buat yang namanya BANGUN KELUARGA berdasarkan PRINSIP Firman Tuhan.

Intinya...
KESATUAN itu BISA DIBANGUN, asal MAU! Gak peduli betapa banyaknya perbedaan satu sama lain.. KESATUAN itu BISA DIBANGUN, asal mau sama-sama RENDAH HATI mau belajar, diajar, dibentuk, menerima koreksi dan berubah.

Pada tau ayat ini kan?
How good and pleasant it is when God’s people live together in unity!
For there the LORD bestows His blessing, even life forevermore.
(Psalm 133: 1&3)

How good and pleasant too when HUSBAND and WIFE live TOGETHER in UNITY! Tuhan sendiri loh yang bakalan MEMERINTAHKAN berkat TURUN buat kita! Gak usah doa nungging-nungging "minta berkat", itu udah JANJINya... asal kita mau jaga KESATUAN....

Yuk sama-sama belajar menikmati PERBEDAAN dan menjaga UNITY keluarga kita masing-masing... Cross Cultural Marriage, Why Not?

Tuesday, August 11, 2015

Purity in Friendship

by Viryani Kho

Siapa yang setuju kalau nemuin true friend, real friend, best friend or apalah itu adalah salah satu hal yang tersulit? Yap, for me I truly agree. Tidak sulit untuk nemuin teman HAHA HIHI, temen hang out bareng untuk sekedar have fun. Tapi it took months or even years (for me) to discover who your true friend is. The one that will stick with you not only through the good happy moments but also through your darkest time.

Reliable Friends are Hard to Find. Proverbs 20:6 said “Many will say they are loyal friends, but who can find one who is truly reliable?” And faithful friends are a rare treasure, “There are ‘friends’ who destroy each other, but a real friend sticks closer

than a brother.” Proverbs 18:24. Aku juga perna denger, untuk nemuin sahabat. Jadilah seorang sahabat terlebih dahulu :) Setiap dari kita pasti mempunyai kerinduan yang besar untuk punya friendship yang sehat kan? Bukan hanya sekedar teman yang baik, tapi juga ikatan pertemanan yang baik. Persahabatan yang Tuhan inginkan itu persahabatan yang seperti apa sih? Tentunya kita juga harus memilih-milih dengan siapa kita mau bersahabat dan berkarib dekat, why? Because the wrong friends can have a negative influence. Proverbs 22:24–25 said “Don’t be friend angry people or associate with hot-tempered people, or you will learn to be like”. Di 1 Korintus 15:33 juga dijelaskan bahwa rusaknya kebiasaan yang baik disebabkan oleh pergaulan yang buruk. Tapi bukan ini berarti kita menolak mereka loh ya.

So what is the meaning of friendship? Friendship is about not what we can get from others, but how we can draw others to Jesus and be His hands and feet. Di mana kita gak lagi mementingkan keinginan sendiri, tapi mendahulukan kepentingan teman kita. Di mana kita gak take them for granted, ada udang di balik batu. Tetapi sungguh-sungguh mengasihi sahabat kita. Love always put others first. And love is about giving.

Balik lagi, bukan hanya dalam pacaran aja tapi dalam friendship juga. Tuhan harus menjadi centre of our friendship. Untuk menjaga persahabatan itu gampang-gampang susah loh. Karena itu dibutuhkan tangan Tuhan untuk menjaganya.

Dan kadang sahabat kita bisa jadi salah satu our comfort zone loh! Karena udah deket bangetttt dan jadi apa-apa sama dia, apa-apa kebiasaan ditemenin ama dia, ada masalah cerita juga sama dia bukan cari Tuhan dulu. Dan terjadilah emotional dependency and controlling. Well, sounds like hubungan dengan pacar yah? Di sinilah pentingnya selalu menempatkan dan percaya pada Tuhan di atas segalanya, He is our top priority dan He will guide our path straight (Proverbs 3:5-6).

Tapi gimana cara kita menghadapi keadaan yang menjadi sulit dan persahabatan kita jadi berantakan?

Bagaimana kita berurusan dengan teman yang kritis dan cemburuan? Bagaimana sikap kita menghadapi kesulitan dalam persahabatan? Bagaimana kalau teman kita jadi berubah jauh?

The God girl has confidence in her God and in His sovereignty, and therefore she never panics. She doesn’t retaliate when friend get nasty. She doesn’t have to fight; she has to love. She doesn’t demand loyalty of anyone but herself. And so when things get tough, she remains calm, kind, and hopeful. –God girl, pg.31

Ayo teman-teman mari kita punya hati yang lebih lagi untuk sahabat-sahabat kita dan terus bawa friendship kita ke dalam tangan Tuhan. Mungkin kamu merasa kamu bukanlah seorang teman yang baik, pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Tapi love takes practice, kita akan selalu membuat kesalahan tapi jangan lihat kesalahan itu sebagai alasan untuk menyerah. Ask God to teach you how to love others like how He has loved you :) You can be the most amazing friend by the power of the living God.

Saturday, August 8, 2015

Make Your Own Budget Plan!

by Elisabet Listiyani

Konon, ada 2 macam tipe orang di dunia ini, yaitu Spender (Pembelanja) dan Hoarder (Penimbun). Dua-duanya extreme, yang satu gila membelanjakan uang yang lainnya pelit banget, susah banget buat ngeluarin duit. Dan posisi kebanyakan kita somehow di antara 2 ekstrim ini.

Hoarder is different with saver.
Hoarder itu bisa dibilang orang pelit, sukanya menimbun uang. Dia susah banget ngeluarin uang bahkan ketika memang itu adalah kebutuhan. Seorang hoarder penuh ketakutan, takut masa depan, takut kalo ada apa-apa uang gak cukup, takut masa pensiun, dll. Seorang hoarder bisa kaya raya tapi gak bahagia di hatinya dan dia tidak pernah merasa cukup.

Spender is total opposite of Hoarder
Spender membelanjakan uangnya lebih daripada kapasitasnya. Biasanya tipe inilah yang sering terjerat utang karena selalu lebih besar pasak daripada tiang. Seorang Spender bisa kelihatan kaya tapi terlilit utang. And nothing can satisfy their desire of spending the money!

So, tipe yg mana nih kamu?
Setiap dari kita punya kecenderungan either as a Hoarder or a Spender. Gimana kalo kita seorang Spender sedangkan pasangan kita seorang Hoarder? Ato sebaliknya? Banyak pertengkaran terjadi antara pasangan karena perbedaan value dan kecenderungan ini.

Jadi gimana dong solusinya?
What we need is to balance this tendency. One way of doing this is to make a budget! Your personal budget if you are single and family budget if you are married. By having a budget, it can loosen up the hoarder to enjoy God's blessing. But also help a spender to plan and control the spending and resist impulsive buying!


   Tips for making a monthly budget:   

1. How much you earn and spend?
Mulailah mencatat penghasilan kamu tiap bulan, entah itu uang jajan dari ortu, gaji bulanan, hasil part-time, dll. Yang kedua adalah mengetahui sebenarnya berapa banyak sih pengeluaran kita? Dan buat apa aja uang itu kita belanjakan? Cara tahunya adalah dengan mencatat semua pengeluaran kita setiap hari/minggu. Dari situ kita tahu, berapa sebenarnya pengeluaran kita dan ke mana perginya uang kita.

2. Categorize your spending
Dalam membuat budget, kategorikan pengeluaran kita dalam beberapa pos. Pos-pos yang umum dalam budget:
a. Tithing / Perpuluhan
b. Saving /Tabungan
c. Persembahan
d. Housing (sewa atau cicilan)
e. Transportasi (biaya angkutan umu/bensin/biaya parkir dll)
f. Mobil dan kendaraan lain (cicilan dan biaya pemeliharaan lain)
g. Biaya pendidikan anak-anak
h. Groceries
i. Eating out for fun/entertainment (books, movies, salon, etc)
j. Personal hygiene
k. Shopping (Clothes, bags, make-up, etc)
l. Membership (gym, golf club, etc)
m. Gifts
n. Saving for parents, etc

Dengan mempunyai pos-pos ini, kita bisa fleksibel mengatur budget untuk setiap pos-nya. Misalkan, kita membeli mobil baru sehingga pos cicilan mobil bertambah, mungkin itu berarti kita mengurangi budget menabung and also give up our gym membership.

3. How if our expense is bigger than our income?
Setelah membuat budget dari pengeluaran-pengeluaran, akan terlihat apakah pengeluaran kita lebih kecil ato lebih besar daripada pendapatan. Nah, gimana kalo pengeluaran lebih besar dari pendapatan? Ada 2 cara untuk menyelesaikan masalah ini:

a. Increase your income
Jika memang kita mempunyai banyak pengeluaran, carilah cara untuk menambah penghasilan Anda. If there is any chance, untuk menambah penghasilan usahakanlah itu! Penghasilan tambahan bisa dari jualan di facebook, memberikan les (private lesson) ke anak-anak SD/SMP/SMA, membantu pekerjaan admin di kantor orang tua kita, dll. Atau bisa juga untuk mencari kesempatan yang lebih bagus di perusahaan lain, carilah info-info tentang pekerjaan yang berhubungan dengan kualifikasi kamu.

b. Reduce your expense
Selain menambah penghasilan, solusi lain adalah dengan mengurangi pengeluaran kita. Bagian ini bisa menjadi cukup menyakitkan dan mungkin memerlukan pengorbanan besar – tergantung dari seberapa besar expense that you need to cut. Cut your expense may start from small things like stop eating out, stop your gym membership, stop buying pricey shampoo, etc. But when things are going very bad, often we need to have radical changes. Which means maybe you need to sell your car and start using public transportation. Or sell your house and find more modest house with less monthly payment.

4. First give to God, second to you and your family
Ingat selalu untuk memberikan ke Tuhan yang pertama dari segala penghasilan kita. Ketika mendapat gaji, biasakan diri untuk pertama-tama memberi perpuluhan dan persembahan kasih kita pada Tuhan.

"Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka
lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).

Prinsip yang kedua, setelah memberi apa yang menjadi bagian Tuhan, menabunglah! Banyak orang mengira menabung adalah ‘sisa dari pengeluaran’. Kalo pake prinsip ini, kadang bisa nabung kadang gak bisa nabung, tergantung pengeluaran bulan ini. Ini bisa membuat keuangan kita di masa depan tidak stabil dan rencana-rencana masa depan kita sulit tercapai.

So, make it your habit to directly aside your money for saving in the beginning of the month!
Jadi bagaimana? Tertarik untuk mulai membuat budget pribadi kalian? Mulai sama-sama yuk! Happy Budgeting!

Thursday, August 6, 2015

Marriage is a Verb, Not a Noun!

by Indri Kristanti  |  Majalah Pearl #03

Setiap wanita single pasti pernah memimpikan sebuah pernikahan yang indah seperti di dongeng-dongeng masa kecil, di mana suatu hari dia bertemu dengan pangeran kuda putihnya dan pangeran tersebut menikahinya, kemudian ... Happily ever after. Nah di dongeng kan gak pernah diceritakan bagaimana kelanjutan pernikahan putri dan pangeran tersebut. Makanya gak heran wanita single ingin segera menikah, supaya segera hidup bahagia selamanya, berpikir bahwa setelah menikah hidup akan lebih enak, lebih terjamin, bebas dari masalah keluarga, dan seterusnya.

Memang gak salah 100% sih impian tersebut, tapi... Ada yang perlu para single ketahui bahwa sebuah pernikahan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah awal dari kehidupan yang baru. Kalau ada teman menikah kita selalu menulis, “selamat menempuh hidup baru.” saat menulis dulu, terus terang saya belum tahu benar maksudnya, saya nulis kalimat tersebut karena kebiasaan aja hehehe ... Setelah saya menikah baru benar-benar tahu maksud dari ucapan tersebut. Ternyata memang pernikahan itu adalah sebuah lembaran kehidupan yang baru yang berbeda dengan masa single.

Pernikahan tidak hanya dibangun atas dasar cinta, “pokoknya saya sudah cinta mati sama dia, saya gak bisa hidup tanpa dia apalagi dia baik banget sama saya.” pernikahan juga memerlukan pengorbanan dan mematikan ego masing-masing.

Tujuan Tuhan menciptakan pernikahan adalah untuk pria dan wanita saling melengkapi, saling menguatkan dan saling membangun supaya masing-masing menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Menikah tidak sekedar kebutuhan biologis dan supaya kita tidak kesepian tetapi menikah mempunyai tujuan yang mulia yaitu membentuk keluarga ilahi di mana orang lain bisa melihat ada Tuhan Yesus di dalam keluarga kita.

Marriage is a verb, not a noun! (pernikahan merupakan kata kerja, bukan kata benda!) jadi tidak hanya berakhir di pesta pernikahan kemudian semua beres dan kita tinggal duduk diam menikmati buahnya. No..no..no... Sebuah pernikahan itu harus dijalani dan diperbarui terus-menerus. Bisa dibayangkan seperti ini. Contohnya saya menikah usia 31 tahun. Kalau Tuhan kasih saya anugerah bisa hidup sampai 80 tahun, nah itu berarti saya harus hidup bersama dengan orang yang sama (suami) selama minimal 50 tahun. Wow!! 50 tahun sodari-sodari! Hehehe... Bukan waktu yang sebentar bukan?

Seperti yang dimuat di edisi yang lalu, pernikahan tidak sekedar menyatukan dua insan tapi juga dua keluarga. Dua keluarga yang pasti mempunyai kebiasaan dan ‘adat’ yang berbeda. Nah, biasanya
perbedaan-perbedaan itu baru terlihat setelah kita memasuki pernikahan yang sebenarnya. Sewaktu saya dan suami menikah, kami memakai ayat 1 Kor. 13: 4-7

"Kasih itu sabar,kasih itu murah hati,
ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."

Kasih adalah fondasi untuk membangun sebuah rumah tangga/pernikahan, karena kasih itu adalah sifat Allah sendiri. Kasih yang benar memiliki 13 sifat, yaitu: sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, rendah hati, sopan, tidak egois/menang sendiri, bukan pemarah, bukan pendendam,
membela yang benar, dipercaya menyimpan rahasia, optimis dan sabar menanggung segala sesuatu (tahan menderita).

Memang lebih mudah untuk mengasihi orang yang tidak dekat dengan kita, dan jauh yang lebih sulit
untuk mengasihi orang yang sangat dekat dengan kita, di mana tiap hari pasti kita melihat wajahnya
dan berinteraksi dengannya. Tidak heran saat sudah tidak ada kasih, banyak pasangan suami istri
saling menyerang dengan perkataan dan perbuatan mereka, bahkan untuk berkata, “Maaf” pun sangat sulit, yang ada justru dendam kesumat.

Everyday is a brand new day
Cerita sedikit pengalaman saya saat memasuki pernikahan (maklum masih penganten baru jadi masih fresh rasanya hahaha). Saya dan suami dari kota yang berbeda, saya dari Semarang dan suami dari Kudus (note: saya anggap itu ‘kota kecil’ hehehe). Saat single, saya bisa saja bangun jam berapapun (biarpun saya bangun gak sampe jam 10 sih..), tidur sampai tengah malam atau lembur sampai pagi juga gak masalah, karena tanggung jawabnya hanya kerjaan dan urusan rumah sendiri. Kemudian saya menikahi seorang pria yang hidupnya sangat teratur, tidur pukul 8 malam, bangun pagi sekali pukul 4–5 pagi dan jam 6 pagi sudah buka toko. Sebenarnya saya sudah gak kaget dengan kebiasaan suami, karena di saat pertemanan (saya gak sebut ‘pacaran’) suami sering cerita aktivitasnya
sehari-hari termasuk kebiasaan bangun dan tidurnya.

Tapi namanya perubahan tetap saja pasti awalnya aneh dan butuh penyesuaian. Apalagi merubah pola yang sudah berpuluh-puluh tahun berjalan pasti butuh perjuangan kan? Saya bisa saja kalau pagi masih enak-enakan tidur, tidak perlu menyediakan sarapan, cuekin suami yang berangkat kerja tapi apakah seperti itu istri cara melayani suami? Saya lebih memilih untuk praktek kasih di mana saya tidak mementingkan ego saya dengan berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan suami. Setiap pagi saya berusaha bangun dengan semangat dan senyum sukacita sambil mengatakan, “selamat pagi.” demikian juga suami, kalau dia terbangun lebih dulu dia langsung berbisik “selamat pagi.” untuk saya, kata-kata tersebut juga menjadi sebuah penyemangat di pagi hari.

Itu hanya sedikit contoh praktis mempraktekkan kasih. Setiap hari, seumur hidup kita pasti akan dihadapkan dengan ujian kasih. Contoh lain: suami sudah janji akan pulang pukul sekian, tapi ternyata dia mendadak ada janji dengan orang lain sehingga pulangnya lebih malam.
Sebagai istri bisa saja kita langsung komplain dan sms, “katanya mau pulang jam sekian, tapi kenapa sampai jam segini belum nyampe rumah?” ingat... Sms itu gak ada intonasinya, jadi seringkali menurut istri itu sebagai wujud perhatian sama suami, tapi suami menangkapnya si istri gak percaya sama suami. Akhirnya dari hal sepele muncul konflik. Saat mengalami hal seperti itu, para istri bisa memilih untuk bersabar dan menunggu sampai suami di rumah dan suami pasti akan menceritakan kegiatannya.

Jangan pernah ragu-ragu dan jemu untuk praktek kasih terhadap suami, karena kasih yang diperbarui terus-menerus akan membentuk ikatan keluarga yang kuat. Saat nantinya Tuhan tambahkan anggota keluarga (anak), anak juga melihat dan belajar bagaimana cara ortunya mengasihi, sehingga secara tidak langsung anak belajar praktek kasih. Melalui kasih yang kita kerjakan, di situ orang lain bisa melihat ada Tuhan di dalam hidup kita, dan tentunya nama Tuhanlah yang dimuliakan.

Saat single saya pernah berpikir kalau sudah menikah pasti tidak bisa sebebas masa single. Setiap pergi harus laporan dan minta ijin suami, kalau memutuskan sesuatu harus diskusi dengan suami. Saya juga sempat bayangkan nantinya kalau sudah menikah harus kehilangan teman dan pelayanan saya di Semarang. Ternyata.... setelah saya menikah kekuatiran saya tidak terbukti. Sebaliknya, suami
justru banyak memberi support dan masukan untuk pribadi saya. Memang sebagai istri, sudah kewajiban saya harus diskusikan lebih dahulu kegiatan saya dengan suami karena suami pasti juga tidak ingin istri terlalu capek apalagi saya harus setir sendiri bolak balik Semarang–Kudus.

Setelah menikah saya juga berusaha mengisi hidup baru saya dengan aktivitas yang baru. Saya mulai belajar memasak, hal yang jarang sekali saya lakukan saat saya masih single. Banyak teman yang gak percaya saat saya masuk dapur karena saat single saya masuk dapur hanya untuk masak air, mie instan dan telor hehehe... Saya belajar dengan browsing resep-resep di net dan tanya ke mama
saya. Awal belajar masak karena saya pribadi bosan dengan makanan Kudus yang itu-itu saja, sedangkan di Semarang begitu banyak pilihan kuliner. Sama sekali tidak ada tuntutan dari suami untuk saya memasak, apalagi suami saya termasuk pria yang makannya ‘gampangan’ jadi gak pernah rewel masalah menu.

Setelah saya mulai aktivitas baru saya, sungguh di luar dugaan ternyata suami puas dengan masakan saya, dan tiap hari dia pasti tanya “Hari ini masak apa, yang?” Dan tidak jarang saat makan suami bilang, “Kalau masakan di rumah enak, kan gak perlu jajan di luar.” Hasilnya.. saya tambah semangat belajar masak. Dan karena memasak itu jauh lebih murah daripada membeli masakan, jadi otomatis bisa menabung untuk hal lainnya. Selain itu hasil masakan masih bisa dibagi ke mertua dan ipar. Dengan membagi masakan, secara tidak langsung saya praktek kasih yang murah hati.

Seperti itulah contoh dalam keluarga kecil kami, hal yang kelihatannya bagi kita
mungkin kecil dan sepele ternyata bisa jadi berkat untuk suami dan orang lain. Yang
pasti jangan pernah menyerah untuk mempraktekan kasih tiap hari, karena kasih tidak
berkesudahan.

Berikut ini tips-tips pernikahan langgeng bagi yang akan menikah, baru menikah
maupun sudah lama menikah : Peganglah pernikahan sebagai sebuah komitmen dan covenant (perjanjian). Tempel kata-kata janji nikah yang pernah diucapkan sewaktu pemberkatan di tempat yang Anda dan pasangan mudah lihat. Jadi setiap saat ingat bahwa itu adalah sebuah komitmen dan perjanjian Anda dengan Tuhan.

Kasih sebagai pengikat
Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." (1 Yoh. 4:19 ). Kasih adalah sifat Allah sendiri, dengan praktek kasih barulah kasih Tuhan dinyatakan dalam kehidupan. Jangan mengharapkan balasan saat kita belajar mengasihi, karena kasih itu bicara soal bertepuk sebelah tangan. Kita tetap mengasihi walaupun... meskipun... (Contoh: tetap mengasihi suami walaupun perut suami sudah tidak six pack :p).

Saling percaya dan terbuka antara suami istri
Dari awal pernikahan bangunlah kejujuran untuk terbuka dan saling percaya satu sama lain. Dengan demikian ikatan tersebut tidak mudah dihancurkan oleh konflik, gosip, dan masalah yang menimpa.

Jangan pendam kemarahan
Sebelum tidur bereskan dahulu konflik dengan suami, jangan tidur dengan membawa kemarahan. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” (Efesus 4:26). Kemarahan yang dibiarkan berhari-hari tidak akan berkurang justru menambah masalah tambah ruwet.

Bangun terus doa bersama, komunikasi dan kasih mesra
Doa akan memperkuat sebuah pernikahan, karena dengan doa kita berarti menghadirkan Tuhan sebagai orang ketiga. Selalu sediakan waktu untuk berkomunikasi, misalnya saat akan tidur atau bangun tidur, ngobrolah dengan pasangan. Terutama bagi yang sudah punya anak, pasti sebagian besar waktu akan tersita untuk anak, namun demikian tetap sediakan waktu berdua saja. Tidak ada kata tua untuk melakukan sesuatu yang romantis untuk menjaga kasih mesra, contoh: berikan kado suami saat berulang tahun, bergandengan tangan walaupun sudah usia 50 tahun lebih, dan seterusnya.

Tips tersebut saya bagikan bukan karena pernikahan saya sudah perfect, tapi tips-tips itu juga saya praktekkan untuk memperkuat pernikahan saya.

Pernikahan bukanlah merupakan akhir segalanya tapi awal dari kehidupan baru di mana melalui pasangan kita, kita semakin diproses dan diasah untuk menjadi serupa gambaran Allah. Nikmatilah setiap proses yang Tuhan sediakan lewat kehidupan pernikahan kita. Saat kita taat dan mau diproses. Tuhan akan sediakan keluarga ilahi dan nama Tuhan juga dimuliakan. Soo... Never give up!