Tuesday, September 29, 2015

Haruskah PH seiman?

By Felisia Devi

*PH = pasangan hidup = jodoh

Dalam masa single gue (alias saat blm punya calon PH) kalau lagi galau, sering banget mikir,
apa gue kompromi aja ya. Gue rasa standard gue ketinggian kali ya, nyari yang sesuai standard Tuhan itu susah bener (anak Tuhan, dewasa rohani), malah kayanya udah ga da, klo ada juga belum tentu buat gue.

Apalagi klo lagi bandingin dan diomongin sama kanan kiri depan belakang, "masa sih ga da pacar?"
Gue cuma bisa senyum klo ditanya tuh kalimat, padahal dalam hati kesel juga, siapa sih yg kaga mau, cuma calon sesuai yang gue tau (cinta Tuhan) belum ada.


Misal, gue sempet di deketin orang yang perawakan OK lah (ganteng), kerjaan OK, anak baek2 juga, katanya juga cuocok banget sama eke, tapi sayang bukan anak Tuhan, jadi mau jalanin juga udah gak damai sejahtera duluan. Pas klo lagi moment2 gini suka tawar2an sama Tuhan, "... ini orang buaekkk banget Dad, kalah orang kristen baeknya, masih tetep bukan dia ya orangnya?"
Pernah juga ada yang udah sama2 percaya Tuhan juga kok, entah satu agama atau beda agama 'dikit', tapi tetep Tuhan bilang bukan. Apa yang kurang Dad, doi percaya juga kok sama Daddy?

Setelah gue pernah coba jalanin, ternyata memang BENER2 GAK BISA dijalanin. Temenan aja butuh yg nyambung, apalagi ini buat teman sisa hidup, kudu yang nyambung! Jadi gue belajar untuk tidak memulai sesuatu yang sudah tau tidak akan bisa gue akhiri. Misal, beda keyakinan (agama), ujungnya kan salah satu harus ngalah, sedangkan gue sampe taun jebot gak mau ngalah karena sebagai pertanggung jawaban dari kebenarang yang udah gue tau. Dan gue juga gak bisa ngarep dia berubah menjadi pemeluk agama sama kaya gue, apalagi berubah cuma karena cinta sama gue.

Karena case ini, membuat gue jadi penasaran dan ingin mencari tau juga, apa sih dasar pemikiran dan logika dari kebenaran ttg PH itu kudu seiman? Ayat doank buat gue kadang kaga cukup, perlu  penalaranya juga. Ini dia penjelasannya yang sempet gue dapetin, mudah2an bisa gue uraikan dengan cukup jelas ya.

Setiap manusia hidup dan bisa ada sampai dengan kondisi dia sekarang karena mengalami peristiwa2 yang berhubungan sama setiap keputusan2 penting yang diambilnya, baik secara sadar atau tidak, semua itu keputusan pribadi masing2. Sewaktu kita belum dewasa, keputusan2 itu mungkin akan lebih banyak dipengaruhi oleh orang tua. Tapi setelah dewasa kita harus bisa mengambil keputusan2, karena hal ini akan terus kita lakukan sampai maut menjemput.

Keputusan itu bisa diambil seseorang berdasarkan apa yang ada dalam pikirannya, yang seseorang percayai, atau diyakini dan bersumber dari informasi2 yang selama ini di dapat dan tersimpan dalam pikirannya.

Saat ini, apa yang kita yakini, atau percayai kita sebut agama.
Seperti gue memilih menjadi agama kristen, bukan karena orang tua gue Kristen, gue juga otomatis Kristen. Mungkin ya pada awalnya, tapi ketika dewasa gue sendiri harus yakin dan percaya tentang iman seorang Kristen. Jadi bukan sekedar Kristen KTP, atau Kristen dari kecil / lahir.

Karena gue yakin tentang yang Yesus ajarkan dan kebenaran yang disampaikan lewat Alkitab, jadi setiap keputusan2 gue sangat dipengaruhi oleh kebenaran2 di Alkitab, karena gue yakin itu kebenaran.
Gue percaya Alkitab adalah seperti peta buat hidup gue, yang dari kebenaran itu gue mengenal Tuhan itu nyata, sekaligus menjadi petunjuk, arah untuk gue menjalani hidup.

Nah, karena PH itu adalah partner yang akan ada disamping gue untuk menjalani sisa hidup gue, yang otomatis bersama setiap hari, terlibat dengan SEGALA urusan hidup gue di dunia ini (begitu juga sebaliknya), dan akan bersama-sama gue untuk menjalankan kehidupan. Makanya dinamakan pasangan hidup, artinya pasangan untuk berjalan bersama mengarungi hidup di dunia ini.

Kita tau namanya hidup di dunia ini bukan hal mudah, pasti akan ada masalah, urusan dan seperti yang tadi gue bilang, pasti akan sering kita diperhadapkan dengan mengambil keputusan2.
Dan dua orang/lebih yang bisa berjalan bersama itu , berarti harus mempunyai satu tujuan yang sama, terutama dalam hidup ini & satu keyakinan untuk bisa lebih 'enak' dalam mengarungi hidup bersama. Yang pasti banget sering perlu memutuskan bareng2. Klo apa yang kita yakini beda, bisa gak keputusan itu akan sama? Bisa aja sih, cuma harus mengalah dan gak tau berdasar apa. Kalau sama2 anak Tuhan, basednya sama, bible untuk setiap langkah keputusan yang kita ambil.

Rumah tangga pernikahan itu adalah sesuatu yang dibangun, membangun itu butuh kerjasama. Lalu PH itu bukan sekedar dari segi penenuhan kebutuhan sex, punya anak, emosi, tapi PH itu adalah pasangan yang bisa diajak kerjasama, jalan bersama, bareng2 membangun dengan dasar yang sama.

 2Kor 6:14  
Janganlah mau menjadi sekutu orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus; itu tidak cocok. Mana mungkin kebaikan berpadu dengan kejahatan! Tidak mungkin terang bergabung dengan gelap. (BIS)

 Be ye not unequally yoked together with unbelievers: for what fellowship hath righteousness with unrighteousness? and what communion hath light with darkness? 
 
Ayat ini sebenarny bukan hanya sekedar untuk mencari PH, tapi juga untuk persahabatan, alias memang untuk hubungan yang dekat. Karena dari hub yang dekat itu yg akan memperngaruhi pribadi kita. Lagian PH itu kan memang bukan berdasar cinta aja yang bisa pudar karena unsur hormon, tapi harus bisa jadi sahabat kita.

Di ayat ini GAK dibilang jangan sama orang2 yang bukan satu agama, tapi lebih dalam! Dibilang jangan sama orang yang tidak sama2 percaya dengan Kristus, gak cocok! Soalnya ada kan keliatannya memang sama agama, tapi dalam hatinya ternyata beda.

Terjemahan dari bahasa aslinya, lu sama doi ga akan punya kerinduan atau beban yang sama, yang satu mau hidup Tuhan, satu buat menikmati dunia, ya ga nyambung, ga seirama jalan hidupnya!
Bisa aja sih bersatu, salah satu harus ngalah, dan klo udah begini biasa sih tarikan dunia lebih kuat boo. Apalagi kita wanita, yang katanya harus ikut laki, bisa jadi ayat serangan sendiri itu klo kita yang narik pria sekalipun untuk kenal Tuhan. Jadi carilah pasangan yang memang udah kenal Tuhan sebelum sama kita.

Waktu gue pernah mengalami jatuh cinta pada orang yang salah, setelah beres gue baru bisa menamai kegalauan itu, karena gue tau kita tidak sama peta hidupnya, tujuan juga beda. Mungkin hal yang nyatuin juga beda. Tapi perasaan emosi jauh lebih kuat, ya jadi gitu deh, galau tingkat dewa. Hahahaha
Jangan gitu ya, biarlah hidup kita dipimpin oleh roh yang lebih menguasai dan menuntun hidup kita, bukan keinginan daging atau perasaan kita.
Jadi jika FT bilang harus seiman itu, emang harus, MUTLAK! Gak bisa ditawar2.
Klo gak, gak bisa sampe tujuan,alias tujuan Tuhan menciptakan kita (tujuan hidup) gak tergenapi.

*Sekali lagi ini apa yang gue dapet karena tipe gue butuh beginian, mgkn aja Tuhan bisa menyampaikan dengan cara dah uraian dan sisi yg beda ya.*

Friday, September 25, 2015

Pacaran Vs Pra Nikah

by Felisia Devi




"...dalam firman Tuhan, tidak ada kata pacaran, adanya tunangan (pra nikah)"
First time mendengar statement ini di kelas pembinaan pas awal2 bertobat, bikin gue rada mikir, bingung tapi lebih ke arah ga setuju... "Lah, gimana gue mau kenal doi klo gue gak pacaran sama dia?"

Tapi setelah melewati beberapa masa (kesannya gue udah tuir bener,hahaha), maksudnya bukan masa gimana sih - tapi beberapa kejadian dalam beberapa tahun soal hubungan pria dan wanita, gue baru ngerti maksud tuh statement dan sekarang setuju dengan statement itu. 

Hampir kita semua tau lah ya, gaya pacaran itu identik dengan apa biasanya, 
"Kita bisa kapan aja putus ... klo memang sudah tidak cocok, ya bubar", bener gak?

Dari pengalaman gue sih pacaran itu biasanya:
Ga jadi diri sendiri, alias jaim. Takut klo dia tau aslinya gue, doi bisa putusin gue.
Gue boleh sentuh lo, lo boleh sentuh gue, krn lo pacar (milik) gue.
Tapi itu semua ujungnya GAK JELAS/GAK PASTI!
Bikin ada perasaan gak 'aman', karena bisa aja dia menemukan yang lebih baik dari gue, dan gue ditinggal.

Bayangin aja, terutama kita sebagai cewe, udah ijinin lo gandeng2 gue bahkan lebih, terutama gue udah kasih hati gue, tapi ujungnya KITA BISA PUTUS.. Gimana hati cewe gak banyak yg terluka coba...???
Apa lagi sekarang ada yang namanya TTMan, HTSan atau apalah namanya..

Apa ini yang dinamakan masa saling mengenal apakah kita cocok atau tidak?
Apakah cara gini bisa bikin kita benar2 saling mengenal dan menjamin membawa kita ke pernikahan?
Apakah ini sesuai kebenaran?

Pacaran itu kan sebutan dari dunia, jadi memang sebenarnya tidak alkitabiah artinya sebenarnya. Tapi gue akan lebih membahas dari segi 'gaya' bangun hubungan  pada umumnya ya dan mengambil kesimpulan, pacaran itu artinya: COBA-COBA.

"Dicoba aja dulu, klo gak dijalanin kan ga akan tau..
Tapi cewe sadar ga sadar udah pake hati...

"Gpp dia begitu sama gue, nanti gue percaya dia bisa berubah.." 
Jaminan apa doi pasti bisa berubah? Siapa kita bisa berubah doi?

"Ya udah deh, daripada ga da gandengan, gue terima aja si doi..."
Harus punya pacar? Apakah sudah waktunya bangun hubungan?

Kadang kita cewe, apalagi dengan background keluarga yang tidak ideal, takut yang namanya kesepian, ditambah lagi banyak nilai-nilai salah yang kita percaya, bahwa keberhargaan kita itu klo ada yang mau sama kita. Jadi takut gak laku, atau kehilangan harga diri klo gak punya pasangan. Merasa dengan dia memberikan banyak hal, dia bisa mendapat hati tuh cowo sepenuhnya, kenyataannya??

Perlu kita ketahui dan dari, kalau pemikiran cowo, tidak seperti yang kita pikirkan ladies! Karena cewe diciptakan berbeda sama cowo.
Pernah denger gak pendapat ini, "senakal apapun cowo, dia mau dapat istri yang baek2..." Itu karena kebanyakan cowo, menganggap pacaran dan mau serius beda. Gue sendiri pernah denger pernyataan seorang cowo yang menilai salah satu wanita dengan, "...buat pacar OK, tapi buat jadi istri nanti dulu". Lah apa maksud ny ini..?? 
Klo memang orang 'lempeng' kan, udah tau gak cocok/gak bisa jadi istri, ya jangan dimulai hubungannya.. Klo udah tau gak bakal dikawinin, tapi tetep di pacarin ya namanya cuma buat seneng2 have fun aja toh berarti, sedangkan pasangannnya tau nya serius klo udah mau..
Bisa dilihat kan perbedaan dasar pemikiran pacaran dengan yang serius (pra nikah)?

Pacaran arti sebenarnya tidak membuat kita bisa benar2 mengenal pribadi pasangan kita yang sebenarnya ,atau dengan cara yg benar. Kenapa gue bisa bilang gitu, karena:
Buat cewe, butuh hati dulu sreg baru mau deket apalagi untuk di 'sentuh'... Jadi bikin udah gak murni lagi caranya. Yang ada malah akibatnya, kebanyakan cewe mempertahankan hubungan yang misalnya udah tau 'gak beres', tapi karena hatinya udah keburu diberikan (nyantol) kepada tuh cowo, tetep mempertahankan hubungan - merasa tuh cowo bertanggung jawab akan hal ini dan suka pake alasan 'gue udah cinta mati'..
Karena dulu gue sempet melakukan hal ini, udah tau tuh cowo nyakitin, bukan sesuai kehendak Tuhan, tapi masih mau... Gak heran ya memang kita cewe lebih susah move on klo patah hati, karena hati nya sebanarnya sudah diberikan sama yang bersangkutan. Klo cepet move on, mungkin hati nya udah tawar sangking sudah lama terluka tanpa diobati.
 
Disela kesibukan persiapan menjelang hari H, sesekali gue dan calong bilang, "Kita 'dating' atau pacaran dulu hari ini". Yang artinya, keluar sebentar dari kesibukan dan menikmati hiburan ngapain  kek, tanpa mikirin hal2 yg kudu diurus karena lagi mumet, butuh refreshing.  Jadi inget statement yang prnh dikeluarkan Joshua Harris, dating/pacaran itu bikin kita melupakan realita. 
Klo begini, gimana kita bener-benar mau kenal klo kita melupakan realita, klo dua2nya jaim, ya toh? 

Sedangkan masa pra nikah, sbnrnya mempersiapkan kalian bertemu dengan realita.
"..trus gimana gue bisa kenal dan tau cocok pa ga dia klo gak pacaran, masa tiba2 langsung mau diajak nikah?"
Ya gak gitu juga, masa gak tau kaya apa orangnya mau aja diajak nikah...
Nah, saran dari gue, kita bangun hubungan lewat (gaya) persahabatan. Karena gaya persahabatan ini yang bikin dua-duanya 'murni', bisa melihat sesuatu dengan benar, karena ga da maksud tertentu dan terselubung ... dan kita bisa mengenal pribadi dia yang sebanrnya.

Biasa kita suka bilang ttg temen/sahabat kita, "..temanan sama dia mah gue udah tau kaya apa busuk2nya" Ini nih yang sebenarnya kita butuh, yang bisa mengenal sbnrnya. Ga da kan temanan baik tapi pegang-pegangan tangan? Namany TTM-an klo ada..wkwkw

Selama masa pra nikah, gue dan calon selain sibuk ngurusin acara hari H, kita memilih cara membangun hubungan (kesatuan) secara rohani jiwa saja, tanpa melibatkan kesatuan tubuh dulu. Memang kita sudah pasti akan menikah, tapi bukan berarti dia sudah punya hak buat 'tubuh' gue. Dia blm resmi jadi suami gue. Kita mau pake cara persahabatan supaya tetep bisa melihat dengan 'sadar' klo memang ada yang tidak beres dan menjaga hubungan kita dgn Tuhan.

Karena kita sadar sentuhan fisik itu, bikin mancing hormon2 yang bisa bikin kita ada 'getaran cinta' jadi 'lupa daratan' alias bisa melakukan hal2 yg tidak semestinya tidak dilakukan dahulu... Dan kenyataannya menurut penelitian hormon ini cuma bertahan dua tahun!!! Bayangin aja, mana bisa getaran cinta yang cuma 2 tahun dijadikan dasar menikah selama sisa umur (paling tidak selama 30tahun).

Dan taukah kalian, bahwa tidak ada manusia yg bisa cocok 100% di dunia ini, karena kita manusia berdosa. Pasti ada hal yang bisa bikin kita sebel dari setiap pribadi, termasuk pribadi kita bisa bikin nyebelin buat orang lain, bahkan buat pasangan kita. Ya, contohnya di tengah kelurga  kita, yang sudah tinggal bareng seumur hidup kita, ade kakak juga bisa ribut, sama ortu juga bisa beda pendapat dan kesel kan?
Seperti itu calon pasangan yang sbnrnya, tidak ada yg bisa 100% cocok, hanya saja kita PERLU TAHU hal-hal mana yang bisa kita tolerir pa ga, khusus hal-hal yang sesuai kebenaran yang KUDU DIPERTAHANIN. Misal ttg hal seiman, udah tau kebenaranNya Tuhan larang, mbo ya jgn coba maju main api aja dengan alasan apapun, apalagi sampe mencari pembenaran, klo udah 'kebakaran' repot sendiri..hehehe

Pacaran bisa dilakukan siapapun, bahkan anak2 kecil pun bisa, dari jaman SMP aja gue dulu udah bisa pacaran, krn memang 'mudah' dilakukan... tidak ada komitmen, tanpa tanggung jawab atas segala resiko...
Apalagi yang TTMan atau HTS, sudah jelas terlihat seperti apa orang yang mau melakukan ini, mau tapi tidak mau bayar harga and ambil tanggung jawab. Jangan mau kita sebagai cewe dibeginiin. Kita harus tau dan sadar, betapa berharganya hidup kita karen sudah ditebus oleh darah yg mahal. Klo ada yang mau sama kita, harus bayar harga dan urusan ny itu sama Babe.

Masa pra nikah hanya dilakukan oleh orang dewasa, karena menikah bukan 'happily ever after' tanpa masalah, tapi akan ada tantangan dan sejenisnya ... untuk itu dibutuhkan orang yang memang bersedia (dan sudah terbukti mau) bayar harga, bertanggung jawab dan berkomitmen.
Orang seperti inilah yang sebenarnya bisa kita percaya (krn Tuhan percaya jg) untuk masuk dalam pernikahan yang akan melewati berbagai macam musim dalam hidup.
Oleh karena itu masa pra nikah hanya cocok untuk orang yang selain sudah cukup umurm, tapi juga sudah dewasa, karena untuk mempersiapkan kita siap masuk dalam pernikahan dengan segala resiko.

Mudah menjalankan kebenaran ini? Memang tidak, tapi percayalah apa yg Tuhan firmankan itu untuk kebaikan kita, dan ada kasih karunia dari Dia untuk kita bisa menghidupinya, apalagi ditengah dunia yg makin merosot, kasih karunia makin ditambahkan.

 Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; 
Yoh 1:16

 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
Ibrani 4:16

Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus - 2 Tim 2:1

Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
1 Kor 15:10

Thursday, September 10, 2015

Menghibur Mereka yang Berduka Karena Kematian Orang Terkasihnya?

by Mega Rambang  |  Majalah Pearl #24

Kak, ngasih ayat apa ya bagusnya buat sahabatku yang papahnya baru meninggal?”, demikian isi SMS adek tingkatku beberapa waktu yang lalu. Dia mengaku kalau ia bingung harus bagaimana menghibur sahabatnya yang mengalami kedukaan tersebut, dia tidak ingin sahabatnya bersedih, dia ingin sahabatnya itu tetap kuat walaupun ditinggalkan papahnya.
Aku ingat banget kalau saat itu aku terheran-heran, berpikir,”Memangnya mereka yang habis kehilangan orang terkasihnya tidak boleh bersedih? Kan aneh ya. Lagipula, bagaimana kita bisa bersikap biasa seperti tidak terjadi apa-apa saat mereka yang menjadi bagian dalam hidup kita tiba-tiba tidak bisa kita temui?”. Helooowwwww… #geleng-geleng.

Ada beberapa ayat Alkitab yang biasanya diberikan kepada mereka yang baru mengalami kedukaan karena kehilangan orang terkasihnya, beberapa di antaranya:

TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!
Ayub 1:21

Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. 
Mazmur 116:15

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Matius 5:4

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.  
Mazmur 23:4

Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. 
2 Korintus 5:1

(Ada yang ingin menambahkan?^^)

Tapi, cukupkah hanya memberikan ayat-ayat tersebut bagi mereka yang baru saja mengalami kedukaan ditinggal oleh orang yang penting dalam hidupnya? Well, dibutuhkan lebih dari sekedar SMS “bagus” atau ayat Alkitab saat berjalan bersama mereka yang baru saja kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya. Yes, firman Tuhan berkuasa, dan pastinya banyak di antara kita yang pernah mengalami saat-saat di mana firman Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan bagi kita yang sedang bersedih. Tidak ada yang salah dengan membagikan firman Tuhan. Itu hal yang sangat baik. Namun, marilah kita menjadi lebih peka saat berhadapan dengan mereka yang terluka. Saat kita mau berjalan bersama mereka yang terluka, mau tidak mau, suka tidak suka, kita perlu belajar menyelaraskan langkah kita dan langkah mereka. Jangan paksa mereka mengikuti kecepatan langkah kita, ingat, mereka sedang terluka.

Aku pernah berada dalam posisi orang yang berduka saat kematian papahku bertahun-tahun yang lalu, dan kejadian tersebut mengubah caraku merespon mereka yang juga berduka karena kematian orang yang dikasihinya. Saat itu, beberapa orang dipakai Tuhan untuk menunjukkan kasih dan penghiburanNya yang sempurna, sementara dari beberapa orang yang lain, Tuhan mengajarkanku bagaimana seharusnya di kemudian hari aku bersikap kepada mereka yang menghadapi kematian orang terkasihnya.

Dalam melayani mereka yang berduka karena kematian, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dan ingat:
1.      Berikan mereka waktu untuk berduka
Jangan sedih ya, papahmu dah senang di sorga. Kamu harus kuat buat mamah dan adek-adekmu”.
Yang kuat ya bu, jangan menangis terus, kasihan anak-anak.”
Pernah dengar kalimat serupa diucapkan pada mereka yang berduka karena kematian?
Aku pernah.
Kalimat pertama pernah diucapkan padaku.
Kalimat kedua pernah diucapkan pada mamahku
Kalimat tersebut tidak membuatku berhenti menangis ataupun bersedih. Aje gileeee…ini satu-satunya papahku yang kusayang, yang sudah mengasihi aku seumur hidupnya, yang udah merawat aku dan menafkahiku, yang sewaktu aku kecil melimpahiku dengan ciuman dan pelukan, yang menggendongku sampai aku SD, orang yang penting dalam hidupku gak akan bisa aku temui lagi dunia ini. Gimana mungkin gak sedih?
Ingatkah ayat ini?

ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; 
ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; 
Pengkhotbah 3:4

Adalah sangat tidak normal jika kita meminta mereka yang mengalami kehilangan karena kematian untuk tidak bersedih dan menangis. Jika kita melayani mereka yang berduka karena kematian, tolong berikan kesempatan bagi mereka untuk berduka. Mereka perlu waktu untuk berduka, mereka perlu meluapkan kesedihannya karena tidak bisa bersama orang mereka kasihi di dunia ini, mereka tidak dapat bertemu orang terkasihnya entah sampai kapan. Sangat wajar untuk bersedih. Jangan coba-coba melarang mereka untuk bersedih apalagi meneteskan air matanya. Saat mereka baru saja kehilangan orang yang berharga dan dikasihinya adalah waktu bagi mereka menangis. Bersikap biasa seperti tidak terjadi apa-apa apalagi tertawa jelas-jelas bukanlah respon yang normal. 

Saat kita melarang seseorang berduka saat mereka perlu berduka, itu akan menghalangi proses mereka sembuh dari luka hatinya yang telah ditinggalkan. Katakan kepada mereka, tidak apa-apa untuk menangis. Jangan biarkan mereka menyimpan air mata mereka. Menangis membantu mengurangi pedihnya kedukaan lo... Saat kita menghalangi seseorang berduka, kita akan membuat mereka merasa bersalah saat berduka. Padahal, coba pikir, Yesus saja bersedih saat Lazarus sahabatnya meninggal (Yohanes 11:35). 

2.      Berempati

Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, 
dan menangislah dengan orang yang menangis! 
Roma 12:15

Bagi mereka yang pernah kehilangan orang terkasihnya karena kematian, mungkin tidak merasakan kesulitan sebesar mereka yang belum pernah mengalami kedukaan ini saat melayani mereka yang berduka. Secara, sama-sama sudah pernah merasakan. Tapi, mari kita belajar peka dengan membayangkan posisi mereka yang berduka. Bayangkan saat kita yang berada di posisi mereka. Misalnya, kita akan melayani seorang wanita yang suaminya meninggal tiba-tiba sementara dia tidak memiliki pekerjaan dan anak-anaknya masih kecil dan belum sekolah.  Posisikan diri kita yang mengalami hal tersebut. Bagaimana? Terasakah kesedihan dan hancur hatinya ditinggal mati suami terkasih yang juga tulang punggung keluarga? Bagaimana ia merasa tidak berdaya? Bagaimana ia merasa tidak memiliki pengharapan? Bagaimana dia megkuatirkan masa depan anak-anaknya? 

Memposisikan diri kita pada posisi mereka yang berduka menolong kita memahami kesedihan yang dialami. Hal ini akan membuat kita berhati-hati saat berkata-kata dan memampukan kita memilih dan melakukan hal yang tepat untuk menolong mereka. Saat kita berempati, secara alami, kita akan mengetahui  kebutuhan orang yang kita layani, apakah hanya sekedar pelukan, atau perkataan,”Semua akan baik-baik saja bu, Tuhan memelihara hidup ibu dan anak-anak”. Mintalah hati yang lembut kepada Tuhan untuk turut merasakan apa yang dirasakan orang lain, supaya kita dapat menolong sesuai kebutuhan mereka.

3.      Kunjungi Mereka beberapa Waktu Setelah Penguburan
Saat baru saja kehilangan orang yang dikasihi, akan banyak orang yang datang saat penguburan, begitu pula beberapa hari setelah penguburan, tapi kita perlu tahu bahwa pergumulan sehubungan dengan kematian orang terkasih sebenarnya baru dimulai beberapa minggu setelah penguburan, dan pada saat itu, semua orang telah menghilang dari pandangan. Sediakan waktu untuk mengunjungi mereka jika kita ingin melayani mereka dengan sungguh. Temani mereka melewati masa duka ini sembari mengingatkan diri sendiri kalau setiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda untuk melewati masa berkabungnya.

Sebagian besar orang tidak memahami perkabungan. Mereka yang berduka berusaha meyakinkan diri kalau semua akan kembali normal dalam satu atau dua bulan. Jika lebih lama dari itu biasanya mereka merasa tidak menangani kematian dengan baik, mereka merasa bukan "orang Kristen yang kuat". Terkadang, menitikkan air mata setelah mendengar lagu yang mengingatkan mereka akan orang yang dikasihi akan membingungkan dan membuat mereka malu. Ini sangat salah. Kita perlu meyakinkan mereka kalau mereka tidak perlu malu, itu hal yang normal. Berduka bukanlah proses yang singkat. ”Kita tidak bisa bilang, ’Sudahlah, lupakan saja,’”. Jangan pernah memaksakan seseorang untuk segera pulih dari kedukaannya.

Telepon dan kunjungan setelah penguburan memberikan penghiburan tersendiri bagi mereka yang berduka. Biasanya saat anggota keluarga lain telah kembali ke tempat dan pekerjaan mereka, dan para sahabat serta tetangga telah kembali memusatkan perhatian kepada pergumulan mereka sendiri, maka mereka yang berduka akan merasakan kesepian. Seringkali saat inilah kenyataan kehilangan memukul mereka. Kunjungan kita dapat memberikan kesempatan untuk memunculkan pertanyaan sehubungan dengan duka cita mereka yang muncul atau membicarakan lagi hal-hal yang lampau. Hal ini memberikan perasaan lega bagi mereka yang berduka karena dapat berbagi kenangan mengenai orang yang dikasihinya bersama orang lain.

Saat kita berkunjung, salah satu hal terpenting yang perlu kita siapkan adalah telinga dan hati yang mau mendengarkan mereka dengan sungguh, mereka butuh ditemani dan didengarkan lebih daripada masa-masa sebelumnya. Salah satu tujuan utama melakukan kunjungan ini adalah untuk meyakinkan keluarga yang ditinggalkan bahwa mereka tidak dilupakan. Mereka tetap ada dalam pikiran dan doa kita. Tujuan lain kunjungan ini juga untuk menekankan bahwa kita selalu bersedia menolong.

Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. 
Ibrani 10:24

4.      Doakan Mereka yang Berduka
Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, Kolose 1:9
Pada akhirnya, hanya Tuhan yang merupakan sumber segala penghiburan saja yang mampu memberikan penghiburan sempurna bagi mereka yang ditinggalkan orang yang dikasihinya. Kita hanyalah perpanjangan tanganNya untuk memeluk dan mengasihi mereka dalam duka yang sedang dialami. Mereka yang berduka perlu kita bawa sungguh-sungguh ke dalam doa kita, supaya Tuhan saja yang menguatkan dan menghibur mereka dengan kehadiranNya. Hanya Tuhan saja yang mampu menghapus air mata mereka dan memberikan mereka senyum pengharapan. 

Kiranya Tuhan yang meneguhkan iman,  pengharapan, dan kasih mereka di dalam Tuhan, karena gak bisa dipungkiri, bagi mereka yang mengalami duka mendalam, berbagai pertanyaan yang mengguncang iman mereka dapat muncul. Sering dijumpai, mereka yang berduka mempertanyakan kedaulatan Tuhan atas peristiwa yang terjadi, tak jarang pula mereka mempertanyakan mengapa Tuhan izinkan orang terkasihnya pergi mendahului mereka. Akan banyak pertanyaan ataupun pernyataan yang muncul dari mereka yang berduka saat kita mendampingi mereka, dan seringnya pertanyaan tersebut berkaitan erat dengan iman mereka kepada Tuhan yang mengizinkan duka ini terjadi. Saat kita melayani mereka dan pertanyaan-pertanyan itu muncul, hanya hikmat dari Tuhan saja yang memampukan kita menjawab dan merespon dengan benar.

C.S. Lewis mengatakan ketika istrinya meninggal, dia kecewa kepada Allah untuk beberapa lama. Kemudian, pada saat dia telah puas menyalahkan Allah, Lewis merasakan tangan kasih Allah merangkul dia dengan cara yang tidak mungkin digambarkannya. Allah tidak marah apabila kita mengungkapkan perasaan kita apa adanya kepada Dia. Dia mendengarkan, ikut merasakan, dan memaham kita. 

Mintalah Tuhan sendiri untuk mengobati luka mereka yang berduka. Penghiburan ilahi tidak berarti air mata mereka akan kering, atau kesedihan mereka tiba-tiba berhenti. Ini memiliki efek menyembuhkan yang kuat. Penghibuaran ilahi berarti mereka akan merasakan Allah ada di sana di tengah air mata dan kesedihan mereka. Kita perlu berdoa supaya kehadiran Kristus ketika mereka berduka akan memimpin mereka dengan lembut melewati jalan yang harus ditempuh. Kehadiran Kristus justru lebih kuat dan lebih menghiburkan di saat mereka kehilangan orang yang kita kasihi. Kiranya dalam kehilangan mereka, mereka mendapatkanNya.

Melayani mereka yang berduka karena kematian membutuhkan kesabaran dan hati yang mau turut merasakan apa yang mereka rasakan. Tidak mudah, apalagi jika kita tidak pernah merasakan duka yang sama, tapi dengan kasih Kristus, kita dimampukan melayani mereka. Selamat melayani ^^

Sunday, September 6, 2015

Still SIngle, Stress?

by Felisia Devi

Bulan kemarin gue baru aja ngerayain ultah, yang artinya umur gue udah nambah jadi 25, Horee !!! hahhaa.

Dengan umur segitu, belum punya PH kalian bisa ngerti dan tau pertanyaan2 apa yang akan dilontarkan dari sekitar. Dari yang ga percaya kalau gue gak punya pacar, malah dinilang gue boong, nutup2in,"gak punya pacar, tapi gebetan banyak" *gubrak*
di bilang pilih2 ,terlalu fanatik. Sampe dikasihan-kasihanin (sejujurnya gue bingung sih sama yang kasianin gue, gue aja biasa aja, kenapa dia yg kasian..hehehe)
Ya apapun pandangan mereka, udah biasa dengan comment orang2.
Yang lucu pertanyaan yang diajukan sama sepupu gue kemarin pas terakhir kumpul keluarga besar, tiba2 dia samperin gue. Dan dia nanya pertanyaan ini khusus buat gue
"klo cewe udah umur se cici, ga da pacar stress ya?"

Dalam hati, "what ?" Kaget gue dikasih pertanyaan sama sepupu gue cowo pula, biasa para tua2 (yang lebih tua) yg nanya ke gue. Dia nanya bukan dengan becanda tapi serius.

Gue jawab "gue sih kaga, biasa aja. Ya liat aja deh u sendiri, liat gue stress pa ga"
Dia jawab lagi "...soalnya kakak2 angkatan gue pada pusing tuh belum punya pasangan. Mungkin klo ci2 umur 30an kali ya baru stress"

Dikasih pertanyaan itu, gue bukan tersinggung atau mau marah atau merasa dia ga sopan. Tapi beneran kaget dan mau ketawa juga. Setelah gue renungin , belajar apa gue dari percakapan dengan sepupu gue.

Pertama gue bersyukur dengan kejadian tadi, berarti hidup gue dilihat, diperhatikan karena mungkin cuma ci2 yg satu ini umur skrg blm juga punya pacar apalagi plan married..hahahha
Jadi membuat gue semakin pengen hidupi kebebasan lagi, supaya gue bisa semakin bs kasih kesaksian lewat hidup gue dan berdoa supaya lewat hidup gue, mereka bisa melihat Tuhan.

Ya memang, hari ke depan dengan bertambah umur dengan kondisi belum punya PH, pasti nanti akan ada lebih bnyk yg nanya. Tapi gue jadi semakin belajar kasih jawaban ke mereka ga usah panjang lebar. Minta mereka liat aja hidup gue aja, gue stress atau depresi ga belum punya PH. Karena 'hidup' atau 'tindakan' itu lebih berbicara daripada kata2 yang akan gue jelasin.

Klo dibilang umur 30 baru stress? Mungkin aja, gue bisa 'stress' klo umur 30 belum dapet PH. Ga menutup kemungkinan, gue cuma manusia dan wanita biasa lainnya yang klo ditanya mau menikah, ya mau. Tapi Firman Tuhan bilangy hari besok mempunyai kesusahan sendiri (Mat 6:34). Yang pentig hari ini, gue puas ga nyesel dengan status dan masa single gue. Apapun status gue, yang terpenting gue berjalan bersama Tuhan dan sesuai kebenaran Tuhan, ga melenceng dari panggilan gue.


Klo kondisi sekarang gue stress belum married or punya PH, gue mungkin akan trus pertahankan hubungan gue yang sebelumnya , bahkan menikah dengan dia. Karena emang udah di ajak married plus ortu gue gue setuju sekaleee.
Tapi gue mau apapun yg gue lakukan dengan hidup gue yang dari Tuhan ini, gue jalankan dgn kebenaran Tuhan dan gue lakukan untuk Tuhan.
Termasuk memutuskan masih dengan status single, karena memang gue pegang kebenaran dan standard Tuhan, untuk hanya menikah dengan orang yg seiman, sepadan dan sevisi.

Sejujurnya setelah gue lewati masa dimana gue salah dalam membangun hub kemarin, membuat gue semakin mengerti standard Tuhan itu mutlak dan penting, dan bikin gue memutuskan untuk raising standard (mksdnya semakin giat mencapai standard2 Tuhan lainnya)

Oh iya gue sekalian mau upload tulisan max lucado tentang memilih pasangan yang gue ambil dari buku Max On Life (Hal 143-144)




Thursday, September 3, 2015

Resep Membuat Tempe

by Risna  | Majalah Pearl #11

Di Indonesia tempe mudah sekali dibeli di mana saja, jadi kebanyakan orang tidak akan berpikir untuk belajar membuat tempe. Saya sendiri baru belajar membuat tempe setelah tinggal di Thailand, di kota Chiang Mai, di mana tidak ada penjual tempe.
 
Membuat tempe butuh waktu berhari-hari dan terkesan repot, tapi sebenarnya langkah yang dilakukan sedikit saja setiap harinya. Jadi membuat tempe tidak serepot yang dibayangkan. Langkah pembuatan juga semakin mudah jika Anda bisa menemukan kedelai yang sudah dikupas di supermarket.

Kedelai yang sudah dikupas