Saturday, February 27, 2016

The One That Realy matters

by Viryani Kho

Dengan keadaan dunia di akhir zaman seperti ini, banyak sekali kejadian dan hal-hal yang gampang membuat kita khawatir dan takut. Seperti halnya, ekonomi yang kian memburuk, bencana alam, dan maraknya tingkat kejahatan yang semakin meningkat. Keadaan seperti inilah yang membuat banyak dari kita menjadi gampang panik, kepahitan, kehilangan rasa percaya terhadap orang lain, juga hilangnya kasih yang ada.

Pada saat-saat seperti inilah, saat dimana kita merasa Tuhan tidak ada, Tuhan tidak bekerja, tidak ada gunanya untuk berdoa. Adalah saat-saat dimana sangat diperlukannya untuk mendekat kepada Tuhan dan berdoa mencari wajahNya. Seperti yang tertulis di dalam 2 Korintus 12:9
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Mari kita sama-sama belajar, tidak peduli apapun yang terjadi pada kita, kita akan selalu dapat menemukan cara untuk menjadi bahagia dan penuh sukacita serta cinta kasih dalam hubungan kita dengan Yesus.
Terlalu sering kita mengabaikan apa yang sebenarnya sangat penting dalam hidup ini, yaitu kehadiran Allah dalam hati seseorang. Ketika kita melakukan ini, menjadikan hati kita rumah dimana Tuhan bertahta, maka orang-orang dapat merasakan bahwa hati kita dipenuhi dengan kasih Tuhan.Sehingga kita dapat mengasihi orang lain sekalipun this world is unlovable world.

Tuhan lebih dari mampu membuat kita menang atas siapapun atau apapun yang menyerang kita, karena roh Tuhan yang ada di dalam kita lebih besar, daripada roh yang ada di dalam dunia (1Yoh4:4). Tidak peduli seberapa besar tampaknya masalah yang kita hadapi, kita dapat menanggung segala perkara di dalam Kristus yang memberi kita kekuatan. Tidak peduli apa yang terjadi pada kita, kita dapat menemukan cara untuk menjadi bahagia dalam hubungan kita dengan Tuhan.
2 Timotius 1:7

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

Thursday, February 25, 2016

Majalah Pearl edisi CETAK!

Hallo, ladies! 

Kami dengan sangat bersukacita mau mengabarkan kepada teman - teman bahwa dalam rangka merayakan ulang tahun Majalah Pearl yang ke-5, kami akan menerbitkan Special Edition versi cetak. Majalah Pearl edisi cetak ini akan terbit dengan tema "Panggilan" dan akan membahas tentang pangilan kita sebagai wanita - wanita Allah, baik dalam kapasitas kita sebagai seorang single, istri, maupun ibu. Penulis - penulis untuk Majalah Pearl edisi cetak ini adalah para penulis terpercaya yang sudah lama melayani bersama Majalah Pearl, seperti Grace Suryani, Mekar Andaryani Pradipta, Nelly Handrianto, dan banyak lagi.




For your information, majalah Pearl edisi cetak ini  tidak akan diupload ke website Majalah Pearl, jadi kalau teman - teman ingin baca, silakan PO selambat-lambatnya tanggal 29 February 2016). :) Majalah Pearl edisi cetak ini berisi lebih dari 80 halaman dengan ukuran 27 cm X 21 cm. Harga Majalah Pearl edisi cetak ini adalah Rp. 65.000 (Ongkos kirim ditanggung pembaca. Untuk check berapa harga ongkos kirim ke alamatmu, silakan check ke www.jne.co.id. Pengiriman dilakukan dari Jakarta, dan 1 majalah seberat kira - kira 550-600 gr). 

Tertarik? Yuk teman - teman, pesan sekarang juga. Pre-Order akan ditutup tanggal 29 February 2016 lho. Bagaimana cara PO?

1. Transfer sesuai dengan harga majalah (Rp. 65.000) dan ongos kirim ke BCA atas nama Felisia dengan nomor account: 0650554698.  Jika nominal yang ditransfer tidak tepat (kelebihan atau kekurangan), tim Majalah Pearl akan menghubungi kamu.

2. Kirimkan bukti transfer ke majalahpearl@gmail.com
Jangan lupa sebutkan nama (sesuai nama di rekening yang kamu pakai untuk transfer), alamat lengkap, nomor telepon, dan jumlah majalah yang dipesan. 

3. Tunggu dengan sabar karena Majalah Pearl edisi Spesial akan dikirimkan langsung ke alamatmu paling lambat bulan April 2016.

Tunggu apalagi? Yuk buruan order :)






God’s Law on Love

by Poppy Noviana

Hi sahabat Pearl, masih ingat ngga sewaktu kecil dulu? Pernahkah kamu mendapat hukuman atas kesalahanmu? Saya teringat waktu masa kecil, saya lupa membawa agenda sekolah, lalu saya dihukum. Hal ini karena ada aturan dari kepala sekolah, apabila tidak membawa buku agenda maka hukumannya adalah disuruh membersihkan kelas dengan sapu mulai dari kelas 1a, 1b, 2a sampai kelas 6b..wowww alhasil dengan tertunduk malu saya masuk dari kelas ke kelas untuk menyapu ruangan mereka, dan setiap saya mau masuk ke setiap pintu kelas selain merasa takut karena ditanya mengenai tujuan saya oleh setiap guru yang sedang mengajar, ditambah ejekan dan tertawaan dari teman-teman diseluruh kelas yang saya masuki karena saya memegang sapu ijuk, hufft..super duper memalukan. Rasanya kapok dan menyesal karena lupa bawa agenda sekolah.

Saya mengira awalnya tentu setiap siswa dibebaskan untuk membawa agenda atau tidak ke sekolah, namun seiring dengan berjalannya kegiatan disekolah ternyata kelalaian siswa untuk membawa agenda berdampak pada penurunan kesadaran siswa untuk mengingat kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar di sekolah, lalu secara reaktif dibentuklah aturan itu beserta sanksinya, tentu untuk mendisiplin anak-anak yang tidak rajin membawa agenda sekolah, namun tidak menjadi soal untuk anak-anak yang sadar bahwa agenda tersebut penting untuk dibawa ke sekolah untuk mencatat hal-hal yang sudah dan akan dilakukan besok. Jadi sudah tidak ada alasan lupa kalau besok ada ulangan, atau alasan lupa atas apa yang sudah dipelajari hari ini karena semuanya harus dicatat. Hukuman ini membuat saya berubah sampai hari ini dan menjadi sebuah kebiasaan untuk selalu mencatat hal-hal yang perlu, seperti notula rapat dan khotbah yang dibawakan oleh hamba Tuhan digereja. Karena setiap Firman yang saya dengar sangat berharga dan bukan untuk dilupakan namun dilakukan dalam hidup.

Jadi kalo sekarang ditanya, apakah hukuman itu perlu? Hmmm… perlu karena hukum dibuat untuk orang-orang yang tidak taat, kepada mereka yang melakukan kejahatan,  tidak mengasihi dan menyakiti orang lain. Tapi ngga perlu untuk orang-orang yang sadar untuk berbuat benar dan tidak menyakiti orang lain. Namun kenyataannya dari awal penciptaan, manusia sudah memiliki kecendrungan untuk berbuat dosa dan semakin hari semakin jahat, buktinya tanpa diajari pun seorang anak kecil bisa untuk berbuat dosa seperti mencuri atau berbohong, untuk itulah kenapa hukum perlu dibuat.

Sebab tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa
(Roma 3:20)

Hukum layaknya seperti seorang guru, intruktur atau kepala sekolah, yang menunjukan kepada kita kesalahan-kesalahan apa yang kita lakukan. Hukum dibuat untuk menyatakan mana yang salah dan bukan untuk membenarkan seseorang bahkan menyelamatkannya dari dosa. Untuk itu kita memerlukan Tuhan yang dapat memberikan kepada kita kemurahan dan pengampunan-Nya untuk menunjukan kepada kita kesempurnaan-Nya yang utuh dan kebenaran yang sempurna dimana hal itu sangat tidak mungkin kita hadirkan, maka Tuhan Yesus yang sangat mengasihi manusia sebagai ciptaan yang seturut dengan gambar-Nya menciptakan hukum bagi manusia pada zaman itu dan berlaku sampai hari ini yaitu Kasih.

Hukum Tuhan tentang Kasih sangat sederhana tidak seperti zaman hukum taurat dulu, baik untuk diingat maupun diucapkan namun tidak sesederhana itu untuk dilakukan. Bahkan jauh lebih mustahil! kenapa saya berkata demikian? perhatikan Firman Tuhan ini “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. Tetapi buah roh ialah kasih (verse 22) Tidak ada hukum yang menentang hal itu (verse 23).

“Hmmm…mikirin diri sendiri aja ga kelar-kelar, banyak sekali kebutuhan, bagaimana mungkin mikirin orang lain bahkan mengutamakan mereka lebih dari kebutuhan saya sendiri?” but.. "If you see your brother has a need, and you refuse to mercifully help him, how can the Love of God be in you?" (1John 3:17)

Kita tidak mungkin dapat mentaati hukum kasih ini tanpa pertolongan kekuatan dari Yesus, kecuali kita menerima-Nya dan memiliki-Nya didalam hati kita yang akan  memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat lebih mengasihi orang lain daripada mengutamakan diri sendiri. Dengan mengasihi Yesus didalam dirimu, akan membantumu  untuk dapat melakukan hal yang mustahil dalam benakmu untuk dilakukan.

Jadi saat kamu hidup untuk mentaati hukum ini, maka kamu pasti akan melakukan yang terbaik dalam hidupmu dengan kasih-Nya yang menguatkanmu, untuk membantu sesamamu, dan terus berusaha agar tidak menyakiti siapapun. Saat kamu menyadari bahwa apapun yang kamu lakukan untuk mengasihi-Nya, maka teruskanlah hal itu dengan iman atas apa yang Allah katakan dan sesungguhnya kamu tidak memerlukan hal lainnya untuk meyakinkanmu. Selama kamu melakukan sesuatu dengan motivasi hati untuk mengasihi-Nya maka kamu sudah memenuhi hukum kasih itu.

Tetapi barang siapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa
(Roma 14: 23)

So..what’s next? let us to keep practicing, sebab beberapa orang tidak memiliki iman untuk beberapa hal karena memang mereka tidak menginginkannya untuk diimani, dan orang yang lemah dalam iman biasanya adalah mereka yang memiliki pengetahuan yang sedikit tentang Firman Allah, malas mencari kebanaran atau blocking mindset karena hidupnya hanya berdasarkan pengertiannya sendiri.

Saya sudah buktikan bahwa iman bertumbuh dari pendengaran akan Firman Tuhan, lakukan dengat taat dan hidupi Firman itu terus menerus, ada kalanya kalau kamu jatuh dan gagal mulai lah untuk bangkit dan mencoba lagi sampai kamu sungguh-sungguh memahaminya, jadikan itu kebiasaan barumu dan teruskan dengan iman dan kekuatan dari-Nya, sampai akhirnya membudaya dalam perilaku keseharianmu.

Alhasil hukum Kasih dapat kamu penuhi, hukum yang membebaskanmu dan sederhana dari Allah untuk semua orang terbaik yang dikasihi-Nya.

“K-A-S-I-H : Kasih itu Sabar, tidak murah marah, sayangi semua teman seperti Tuhan Yesus”


(Kutipan lirik lagu anak sekolah minggu)

Monday, February 22, 2016

Makan

by Glory Ekasari

Kalau pembaca rajin baca Alkitab, pasti tahu cerita percakapan Yesus dengan seorang perempuan Samaria (Yohanes 4:1-38). Saya sangat suka cerita ini, dan setiap kali membacanya lagi saya selalu belajar hal baru. Kali ini yang akan disorot adalah hubungan Yesus dengan Bapa-Nya.

Bayangkan latar belakang cerita ini. Yohanes memberitahu kita bahwa: “Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.”

Bagaimana keadaan Yesus? Dia kelelahan, mungkin sekali karena berjalan jauh. Murid-murid-Nya membeli makanan, tapi saking lelahnya, Yesus tidak ikut. Dan waktu itu jam 12 siangmatahari lagi semangat-semangatnya bekerja. Panas-panas, badan capek luar biasa, keringat membanjiri tubuh, enaknya ngadem di bawah pohon rindang sambil mendengarkan radio jadul, musik keroncong, dan tidur. Saya yakin itu juga yang dipikirkan Yesus (minus radio dan keroncong), karena Dia duduk di pinggir sumur, beristirahat, dan begitu ada seorang ibu-ibu datang membawa timba, Yesus langsung berkata, “Minta minum, bu.”

Tapi jawaban wanita itu mengubah arah cerita sama sekali.

Wanita itu memandangi Yesus dari atas ke bawah: jenggotnya, pakaiannya yang khas Yahudi, topinya, wajahnya, pokoknya semua serba Yahudi, dan dia berkata, “Masa’ orang Yahudi minta minum kepada orang Samaria?” (Karena dua bangsa ini bermusuhan.)
Yesus yang tadinya duduk lemas karena lelah mendadak mengernyitkan matanya, menegakkan duduknya, semangatnya seolah kembali ke tubuhnya, dan Dia berbicara dengan nada yang kita kenalbukan nada orang capek, tetapi nada Sang Juruselamat yang penuh wibawa: “Kalau kamu tahu tentang karunia Allah dan siapa yang meminta air kepadamu, pasti kamu telah meminta, dan Dia telah memberikan kepadamu air hidup.”

Whoa, that escalated quickly. Pembicaraan tentang air tiba-tiba jadi teologis.

Saya tidak akan meneruskan membahas percakapan mereka (nanti gagal bikin blog post dan malah jadi skripsi), tapi yang jelas pembicaraan terus memuncak sampai akhirnya, untuk pertama kalinya sepanjang Injil Yohanes, Yesus secara eksplisit menyatakan keilahian-Nya. Bukan kepada orang Israel, tetapi kepada seorang perempuan Samaria yang moralitasnya bermasalah. Wanita itu langsung sadar bahwa yang berbicara dengan dia bukan manusia biasa, dan dalam ketakutan dan ketakjuban yang luar biasa, langsung berlari ke kota untuk memberitahu semua orang!

Apa yang terjadi? Apa yang membuat Yesus yang kelelahan dan kehausan menjadi begitu bersemangat, bahkan bicara panjang lebar dan menyatakan bahwa diri-Nya adalah Mesias? Ketika murid-murid-Nya datang membawa makanan, Yesus berkata, “Aku sudah makan.” Lho, makan apa? “Makanan yang tidak kamu mengerti.” Menjelaskan maksud-Nya, Yesus berkata,
“Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”

Mari kita perhatikan kata-kata Yesus ini. Dia memilih metafora makanan untuk menjelaskan sesuatu yang penting. Makanan adalah kebutuhan. Saya bukan pecinta wisata kuliner, tapi saya harus makan, karena saya membutuhkan makanan itu. Baik orang seperti saya, maupun yang hobi kuliner, tidak bisa hidup tanpa makanan. Jadi dengan metafora ini kita mengerti bahwa melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya adalah kebutuhan Yesus.

Pada umumnya orang memandang pelayanan sebagai kegiatan. Ketika dalam kondisi prima dan sedang mood, ayo pelayanan! Tapi waktu “keadaan tidak mengijinkan”, cuti dulu lah. Tapi konsep yang diperkenalkan Yesus sama sekali berbeda. Dia menyamakan “makan” dengan melakukan kehendak Bapa, dan, sebagai konsekuensinya, “lapar” dengan dorongan untuk melakukan kehendak Bapa. Kita tidak perlu mengorganisir acara tertentu untuk makan, atau sengaja membuat organisasi, atau menyusun visi-misi... Kalau lapar, ya makan: di warteg, di food court, di rumah. Demikian pula “makan”yaitu melakukan kehendak Bapa, adalah sesuatu yang natural bagi Yesus. It’s not an unnatural activity that you have to set up on purpose once in few years; it’s something that you normally do several times daily.

Lalu apa itu kehendak Bapa?

Untungnya, Yesus tidak berhenti sampai di situ. Dia melanjutkan kalimat-Nya, yang kali ini ditujukan kepada murid-murid-Nya. Yesus tidak berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” hanya untuk pamer. Dia mengatakannya untuk kita, supaya kita tahu bagaimana caranya mengasihi Tuhan.
“Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu, dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan siap untuk dituai. . . Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan.”

Konteks Yohanes 4 dan kalimat Yesus kepada murid-murid-Nya di atas menunjukkan dengan jelas bahwa kehendak Bapa adalah keselamatan bagi semua orang. Yesus tahu persis hal itu, karena itu Dia langsung segar bugar ketika ada kesempatan untuk memberitakan Injil kepada wanita Samaria tadi. Dan hal yang sama disampaikan Yesus kepada kita: Kitalah yang menggantikan Dia memberitakan Injil sekarang.

Bagi banyak orang Kristen, menyampaikan berita keselamatan kepada orang lain adalah sesuatu yang tidak natural; mereka harus memberanikan diri dan merancang kegiatan sedemikian rupa sebelum bicara tentang Yesus, atau malah sama sekali menghindari menyebut nama Yesus dan berpikir, “Yang penting berbuat baik bagi sesama.” Tapi perbuatan baik kita tidak menyelamatkan mereka; Yesuslah yang menyelamatkan mereka. Saya pun pernah mengalami hal ini, dan setiap kali mendengar, “Pandanglah sekelilingmu,” saya dipenuhi rasa bersalah karena tidak berani memberitakan Injil.

Lalu apa obatnya? Pembaca mungkin kenal orang yang sangat hobi dengan sesuatu; setiap kali dia ngobrol dengan orang lain, dia akan membicarakan apa yang menjadi hobinya itu. Hal yang sama bisa terjadi pada kita bila kita bertemu Yesus dan mendengarkan firman-Nya setiap hari. Tuhan berkata bahwa air kehidupan itu akan meluap dari dalam hati kita; sehingga secara natural dan santai kita berbicara tentang Dia dengan orang-orang yang kita jumpai. Memberitakan Injil bukan lagi beban, karena kita berbicara tentang Dia yang kita kasihi. Tanyalah seorang ibu muda bagaimana keadaan anak balitanya, dia akan bercerita panjang lebar dengan mata berbinar-binar. Tanyalah seorang pria tentang apa yang dia suka dari kekasihnya, dia akan bercerita dengan wajah bahagia banyak hal tentang gadis itu. Tanyalah tentang Yesus kepada seorang Kristen yang setiap hari bertemu Dia; orang itu akan berbicara panjang lebar, menceritakan pengalamannya, membicarakan firman Tuhan dalam hidupnya. It just comes naturally, like our need to eat.

And that’s how you love God, by telling everyone about Him. Sekali lagi, ga perlu ngoyo. Temui Yesus setiap hari, dengarkan Dia berbicara lewat firman-Nya; semakin kita mengasihi Dia, semakin kita terbiasa membicarakan Dia di manapun dan dengan siapapun. Biarlah kata-kata Yesus pada akhirnya juga jadi kata-kata kita: “Makananku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus aku, dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”

Friday, February 19, 2016

Dating with God

by Alphaomega Pulcherima Rambang

Bila anda sedang jatuh cinta kepada seseorang maka anda tidak akan menghitung menit-menit yang anda lalui bersama orang tersebut, namun sebaliknya menghitung menit-menit ketika anda tidak bersamanya. - Peter V.Deison

Saat kita mencintai seseorang, kita ingin bersama dengan dia, menghabiskan waktu bersamanya, mengenalnya lebih dekat. Bahkan hanya menikmati kebersamaan dengannya merupakan kebahagiaan terbesar kita. Namun, mereka yang pernah mencintai tahu kalau ada saat pasang surut dalam mencintai. Saya percaya kalau Allah izinkan perasaan tersebut muncul supaya kita menyadari dan mengingat kalau kasih kita tidak hanya didasarkan pada perasaan, tapi juga komitmen pada dia yang kita cintai.

Mari kita melihat lebih dekat, bagaimana dengan hubungan kasih kita pada Allah?
Sudahkah kita berkomitmen untuk mengasihi Dia dengan sungguh?
Sudahkah kita memberikan waktu pribadi dimana kita bisa bersama dengan Dia dan hanya Dia, memberikan diri kita sepenuhnya tanpa diganggu hal lain?
Apakah kita telah membiarkan diri kita terbuka di hadapan Dia, mencurahkan segala isi hati kita dan menikmati saat-saat Allah yang adalah raja semesta alam sekaligus Tuhan kita menjadikan diriNya sahabat dan kekasih jiwa kita, mencurahkan isi hatiNya pada kita?

Jika belum, mungkin selama ini kita mengasihi Dia hanya dengan perasaan kita (yang kadang berubah-ubah), saat kita terpesona dan jatuh cinta maka kita memberikan waktu bagiNya. Jika tidak, kita berubah cuek dan tidak peduli padaNya. Stop doing that! Kita melukai Allah saat melakukan itu, Ia adalah pribadi yang berkata mengasihi kita dengan kasih yang kekal.

Daud pernah berkata: Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini:diam di rumah Tuhan seumur hidupku dan menikmati baitNya. Mazmur 27:4
Daud tidak merasa cukup berkencan dengan Allahnya seminggu sekali atau beberapa hari sekali. Kerinduan Daud bukanlah menghabiskan satu atau dua jam sehari bersama kekasih jiwaNya.Seumur hidupnya ia ingin menikmati TUHAN, menikmati pribadiNya yang hangat dan penuh kasih, menikmati hadiratNya, merasakan kemurahan dan kebaikanNya, menangis dan tertawa bersama Dia. Daud bukan sesekali curhat pada Allahnya, ia memberikan dirinya dan menyediakan dirinya sebagai tempat Allah membagikan isi hatiNya.

Bagaimana dengan kita? Sebagaimana mengasihi adalah kata kerja, kita perlu bekerja dan mengusahakan kasih kita pada Allah. Bagaimana caranya?
Berikanlah yang terbaik untukNya.
Sediakan waktu terbaikmu untuk berkencan dengan Sang Raja semesta alam.
Duduk diamlah di kakiNya.
Bersekutulah denganNya. Kenalilah Dia. Kasihilah Allahmu \(“,)/

Bayangkan saja jika anda memiliki kekasih yang melimpahi anda dengan berbagai hadiah yang anda sukai, dia melakukan banyak hal untuk keluarga anda, dia melakukan banyak hal yang katanya untuk anda,  setiap hari ia mengirimkan sms/email kata cinta, TAPI sayangnya dia tidak pernah memiliki waktu untuk bersama anda karena dia terlalu sibuk. Kira-kira, akan bertahan berapa lama hubungan ini? *kedip-kedip* Masihkah anda akan mencintainya? Semakin dalamkah perasaan dan komitmen anda padanya?

Jika kita mengasihi seseorang, kita selalu punya waktu untuknya.

Nah, melebihi waktu yang kita habiskan bersama kekasih duniawi kita, waktu bersama Allah adalah saat yang lebih istimewa. Waktu bersama Allah adalah kesempatan kita mengenal dan mengasihi Dia sebagaimana Dia ada. Karena mustahil kita tidak akan mengasihi Dia jika kita berada dekat denganNya terus-menerus. Allah adalah pribadi yang mempesona. Fakta kalau Dia begitu mengasihi dan membuat kita merasakan kasihNya saja sudah membuat kita selalu ingin bersama denganNya. Dia penuh kelembutan dan selalu punya cara untuk membuat kita tenang. PemikiranNya yang kudus mengoreksi kita. Jangan lupakan juga selera humorNya. Semakin lama menghabiskan waktu bersama denganNya, percayalah, kita akan semakin mengasihi Dia, dan komitmen kita akan semakin kuat.

Sebagaimana komunikasi menjaga hubungan kita pada tingkatan yang semakin dalam,maka komunikasi yang intens dan waktu khusus bersekutu dengan Allah akan membuat hubungan kita dan Allah semakin dalam.
So, yuk berikan waktu terbaikmu untuk pribadi terhebat di dunia!
Allah merindukanmu dan ingin bersamamu ^^
Datanglah padaNya. Ya, sekarang! \(“,)/

Wednesday, February 17, 2016

We love because He first loved us

by Christine Natalia

Bicara tentang Valentine, apa yang terlintas di benak kita pertama kali? Bagi yang punya pasangan, pasti langsung terbayang hal-hal romantis yang ingin dilakukan bersama pacar di tanggal 14 Februari tersebut. Atau membayangkan kado-kado spesial yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari untuk si pacar agar merasa dikasihi dan merasa spesial. Bagi para singles, jujur. Apa yang terlintas di benak kalian mendengar kata Valentine? Pasti tanpa sadar kita sudah menciptakan berbagai jawaban diplomatis ketika ada yang bertanya, ‘Valentine tahun ini kemana? Sama siapa?’ jawaban kita mostly akan, ‘Ah, valentine kan dirayain setiap hari.’ Atau ‘Nggak ngerayain Valentine tuh..’ (karena memang nggak punya pacar. Hehehe)

Tapi tahu nggak sih, hari Valentine nggak hanya bisa dihabiskan untuk pacar atau gebetan. We can do much more than that. Sebagai one of singles yang mikir Valentine’s day is just another day, gue pernah melakukan something yang membuat Valentine is no ordinary another day, at least for people around me.
Valentine tahun lalu, gwe dan komunitas youth di gereja gwe decided to do things yang mungkin kelihatannya biasa aja dan nggak berdampak apa-apa. Tapi who knows kalau itu bisa memberkati orang?
We decided to make a chocolate candy yang bentuknya hati, dan kita separated in couple of groups dan kita mulai menyebar dan memberikan coklat itu ke orang-orang yang kelihatannya suka terabaikan. Since gereja kita di sebuah Mal di Jakarta, kita pun menyebarkannya di Mal tersebut. Kita kasih ke mbak-mbak penjaga toilet, kita kasih ke satpam, kita kasih ke tukang parkir. Jangan lupa ada kalimat, Tuhan Yesus mengasihi Mbak/Mas. It probably simplest thing, tapi tahu nggak sih, mungkin saja itu menyentuh hatinya dan ia merasa dikasihi.

Selain coklat tersebut, one of my leader juga bikin cupcakes, bikin sendiri! Terus dia buat giveaway program gitu, siapa yang pengen ikutan, tinggal ngomong sama dia. Dan dia bawain kita 10 cupcakes yang harus kita kasih dalam satu hari ke orang-orang yang ‘nggak kelihatan.’ Gwe ikutan, and it was fun! Gwe bagi-bagi itu ke Mas-mas gerbang tol. Pas lagi bayar tol, sekalian kasih cupcakes-nya. Responnya lucu-lucu! Ada yang senyam-senyum, ada yang super kaget sampai nggak ngomong apa-apa, ada yang nanya balik, “ini buat saya mbak?”

And suddenly through that small acts, gwe merasa hidup gwe sedikit lebih berguna bagi orang lain. You never know how impacting your little acts buat orang lain. Much more than that, ada overwhelming joy feeling yang kita dapat ketika kita memberi buat orang lain. Ketika kita lihat senyumnya merekah di wajahnya hanya karena tindakan yang menurut kita, terlalu simpel itu.
Valentine nggak hanya tentang cinta-cintaan, tentang sweet surprise ke pacar, tentang how much I love you or how much You love me. Lebih dari itu, Valentine adalah hari SAH buat kita, berbagi kasih dengan orang lain. You know what, because we know betapa berharganya rasa dikasihi. Karena kita tahu, karena kita mengalami yang namanya dicintai sebegitu besarnya, therefore we give as an act of love.

We love because he first loved us (1 John 4:19)

Monday, February 15, 2016

Loving the Family We Didn't Choose

by Yunie Sutanto

Our circle of Friends
Kita bisa memilih dengan siapa kita berteman. Burung sejenis biasanya berkumpul bersama. Kurang cocok dengan si Bolang, yah jaga jarak saja dengannya. Jika cocok dengan si Kemal, yah kita lebih sering merapat dengannya. Tentunya kita lebih nyaman berlama-lama gaul dengan teman yang cocok dengan kita, yang ngobrolnya nyambung, yang bisa saling mengerti satu sama lain. So, we make our friends and we make our enemies too.

Jodoh
Bicara pasangan hidup...hmm inipun pilihan pribadi kita kok...
Kita  memilih dengan siapa kita menikah. “I do” itu suatu keputusan yang kita pikirkan masak-masak. Dari sekian banyaknya lawan jenis yang kita kenal, ada satu yang menjadi teman spesial. Saat menjalin hubungan pranikah pun “sebelum janur kuning melambai” , kita masih bisa memutuskan hubungan jika merasa kurang cocok setelah saling menjajaki satu sama lain.
So, we choose our lifemate as well! Jodoh itu pilihan kita sendiri!

But...how about our family?
God makes our family. Tuhan yang memilih keluarga dimana kita dilahirkan.
Family is our first and God given circle of relations. We never choose or decide where we'll be born, nor in what kind of family we are going to be raised.
Kita tidak bisa memilih orang tua kita, yang secara biologis menurunkan kita. Struktur anatomi yang kita miliki: bentuk tubuh, warna kulit, tinggi badan, semuanya kita warisi dari orangtua kita. Kenapa kok saya dilahirkan di keluarga yang berkulit sawo matang, padahal saya pinginnya tuh kuning langsat? Kenapa kok saya diahirkan di keluarga yang bermata sipit, padahal inginnya bermata 'belok'...?
Kenapa kok saya terlahir di Indonesia, bukan di Kutub? Kenapa saya punya turunan penyakit alergi berat? Kenapa saya terlahir di keluarga yang broken home? Mengapa begini...Mengapa begitu? Aku ingin begini ..aku ingin begitu...demikian lirik lagu doraemon ya... Pantas saja banyak orang yang doyan nonton tuh doraemon...ngarep kantong ajaib nya...bisa mewujudkan keinginan kita ya? Kembali ke topik...jadi apakah kita sadari bahwa ada rencana Tuhan dalam keluarga kita ini? Bukan kebetulan Tuhan ciptakan kita terlahir di keluarga ini. Ada maksudNya yang penuh misteri.
Tapi..ayahku pecandu narkoba, ia suka menyiksaku...
Tapi..ibuku bukan wanita baik-baik, ia istri simpanan...
Tapi...aku ini anak pungut...
Begitu banyak pengalaman traumatis yang dialami sampai membekas hingga kita seringkali sulit mengasihi keluarga kita.
Tapi apa yang Firman Tuhan katakan?

Imamat 19:18
Jangan membalas dendam dan jangan menyimpan dendam terhadap sesamamu. Akan tetapi, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Akulah TUHAN.

Ulangan 6:5
Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.

Teringat kisah Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya sendiri. Saat di Mesir pun ia menjadi budak, lalu difitnah dan dipenjarakan, berbagai ketidaknyamanan dialami Yusuf. Namun saat ia diijinkan berjumpa kembali dengan mereka, Yusuf bisa mengampuni mereka. Bahkan ia bisa meyakini bahwa semua hal tidak baik yang terjadi direka-rekakan Allah untuk kebaikan. Wow! Sungguh Yusuf fokusnya Tuhan banget, tidak fokus kepada keadaan, tidak fokus pada masalahnya, atau pada dirinya sendiri. Ia tetap melekat pada Tuhan dalam keadaan di proses sekalipun. Justru proses mendewasakan imannya dan pengenalannya akan Allahnya! Ucapan yang keluar dari bibir Yusuf saat membuka jati dirinya ke saudar-saudaranya di Kejadian 45: 5 “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karen akamu menjual aku kesini , sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.”

Yusuf memaafkan dan lebih memilih mengasihi mereka, karena kasih akan Allah menutupi segala kesalahan manusia. Tidak ada kasih yang lebih besar yang bisa mengisi hati kita selain kasih dari sang Sumber kasih itu sendiri! Teori bahasa kasih berkata jika kita terlahir dan dibesarkan di keluarga yang ayah dan ibunya berfungsi dengan baik, maka niscaya tangki kasih kita akan penuh, saat kita dewasa akan menjadi pribadi yang bisa mengasihi dengan sehat. Namun kasih Allah tak terbatas teori... saat kasih  Allah mengisi hati kita yang kosong, yang penuh luka, kasih Allah tersebut sanggup memenuhi tangki kasih kita, memulihkan total hati kita! Yusuf yang sudah kehilangan Rahel ibunya sejak kecil, lalu dibuang ke Mesir jadi budak...siapa yang mengisi tangki kasihnya? Bisa dibilang tidak ada di masa-masa itu. Mungkin hanya kenangan akan figur ibu dan ayah yang samar-samar, namun kasih akan Allah mampu membuatnya bertahan dan bahkan memiliki hati yang memaafkan saudara-saudaranya!

Mari belajar dari Yusuf dan mengaplikasikannya dalam hidup kita! Jika kita masih sulit mengasihi keluarga kita sendiri, ada ganjalan atau peristiwa traumatis yang kita alami, mari ijinkan kasih Allah yang memulihkan total kita! Jika peristiwa yang kita alami berat, mungkin bisa juga kita memulihkan diri melalui konseling dengan konselor yang terpercaya!
Tidak ada hati yang terlalu keras untuk Yesus pulihkan! Kasih Allah yang begitu besar hingga merelakan AnakNya sendiri dikorbankan di kayu salib cukup , bahkan lebih dari cukup untuk saudara dan saya!

Wednesday, February 3, 2016

KasihNya untuk Kita

by Felisia Devi

Hampir kita semua mengetahui secara bahwa Tuhan mengasihi kita umatNya, oleh karena itu Ia mengirimkan Yesus ke dunia untuk menyelamatkan kita semua (Yohanes 3:16). Semuanya Dia lakukan untuk membawa ciptaaNnya yang segambar dan serupa dengan Dia, kembali kepadaNya. Tapi pernahkah kita meragukannya walau sedikit, kalau kasihNya benar-benar nyata untuk kita yang berdosa ini?

Jika kita membaca Alkitab, kita mengerti cinta Tuhan buat manusia itu memang luar biasa, Dia sungguh-sungguh mengasihi setiap kita manusia, sekalipun manusia sudah jatuh dalam dosa, Tuhan masih tetap mau ‘dekat’ dengan manusia.

Dari mulai Adam dan Hawa setelah jatuh dalam dosa, tapi masih Tuhan buatkan pakaian dari kulit binatang. Kain, masih Tuhan peringatkan untuk tidak melakukan dosa.

Kepada bangsa Israel yang tegar tengkuk Tuhan tetapkan memenuhi perjanjianNya. Kita yang lahir sudah tercemar oleh dosa, Tuhan selamatkan. Dosa memang bisa menjadi penghalang kita dengan Tuhan, tapi dosa tidak bisa menghalangi kasihNya untuk kita. Hanya saja, tidak semua orang bisa menyadari, mengetahui, mengerti atau bahkan menerima tentang hal ini. Padahal kita semua bisa mengerti kasih Tuhan jika mau menerima, percaya dan mengetahui hal ini.

Lukas 5:32 
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat 

Roma 5:8 
Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Monday, February 1, 2016

Mengenakan Kristus

by Yunie S.

Galatia 3:27
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

Karena jatuhnya manusia pertama dalam dosa, kebutuhan berbusana itu muncul. Sandang menjadi suatu kebutuhan. Kreatifitas manusia pertama yang merasa telanjang dan malu lantas merancang daun pohon ara menjadi busana pertama mereka: cawat dari daun ara. Naluri dasar manusia saat berdosa adalah berusaha menutupinya, yang dipicu oleh rasa malu dan takut karena akibat dosa tersebut. (Kejadian 3:7-8)
Tuhan Allah melihat “cawat” itu dan sebelum mengusir mereka dari Eden, TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang lalu mengenakannya kepada mereka. (Kejadian 3:21)
Kebutuhan akan sandang ini, di era kekinian telah menjadi industri busana yang sangat berkembang! Bahkan bermunculan aneka merek adibusana karya perancang busana kondang. Manusia akhir zaman pun rela merogoh ekstra koceknya demi berbusana trendi!
Why? Apa bedanya sih pakai baju harga miring yang di sale di rak dept store, dengan baju branded? Bukankah pakaian itu sebatas penutup dan pelindung tubuh?
Oops ternyata lebih jauh dari itu...
Pakaian kita menutupi dan melindungi tubuh kita, mengubah penampilan kita, dan menjadi cara bagi orang lain untuk mengidentifikasi kita dan memandang kita.
Gaya busana gue yang cuek dan “asal gue nyaman” berbeda dengan gaya busana sohib gue yang rapi dan modis.
Teringat seseorang yang jika mengajar kuliah tanpa mengenakan busana merek tertentu,lantas imbasnya rasa percaya dirinya berkurang. Kaget juga saya dengar curahan hatinya, sembari mikir...kok bisa ya sebuah brand mendongkrak rasa percaya diri sampai sedemikian rupa?
We are what we wear...para ahli Psychology of Dress berkata demikian....

Paulus mengatakan bahwa kita harus "mengenakan Kristus seperti pakaian" (Galatia 3:27).
Sebagai manusia yang sudah lahir baru dalam Kristus, apakah kita mengenakan Kristus seperti pakaian? Ada rasa malu kah saat kita tidak mengenakan Kristus? Atau malah kita malu mengenakan Kristus dalam keseharian hidup kita? Kristus bak bros salib yang sesekali disematkan di gaun pesta. Hanya dikenakan di acara khusus dan formal semata. Kristus hanya seperti kalung salib yang dikenakan di leher yahhhh karena status Kristen. Ada rasa malu dan tak nyaman seharusnya saat kita tak mengenakan Kristus.

Pengorbanan Kristus adalah apa yang menutupi kita di hadapan Bapa. Pengorbanan itu mengubah jatidiri kita dan bagaimana kita hidup. Ia mengubah cara orang lain melihat kita dan bagaimana kita mengidentifikasi diri kita sendiri. Kita tidak lagi hidup di bawah hukum, tetapi di bawah kebebasan penebusan Kristus. Inisiatif keselamatan berasal dari Allah. Allah sendiri yang mendesain pakaian dari kulit binatang bagi manusia pertama, IA pun yang mendesain karya penebusan Kristus di kayu salib untuk menutupi, menghapus file dosa kita dihadapan Bapa. Bukan darah binatang yang kulitnya dijadikan pakaian yang IA korbankan, namun darah AnakNya yang tunggal yang IA berikan demi menebus dosa manusia macam kita ini! Masihkah malu mengenakan Kristus dalam hidup kita? Yuk mari kenakan Kristus di keseharian kita: jadi saksi Kristus yang hidupnya dinikmati buah-buah pertobatannya oleh sekeliling! Saat buang sampah itu budaya, kita yang mengenakan Kristus mau mempedulikan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya. Saat menyontek itu biasa, kita memilih jujur dengan jawaban sendiri dan tidak memberi contekan. Saat bergosip dibelakang orang lain itu biasa....kita mau memilih ganti ucapan kita dengan ucapan berkat atas orang tersebut. Saat menerima suap itu biasa, atau memberi suap itu pelicin ...kita memilih tidak demikian. Banyak hal-hal praktis yang bisa kita lakukan sebagai wujud mengenakan Kristus dalam keseharian kita! Let's do it fervently and joyfully!