Monday, May 29, 2017

Peace When You Are Pissed




by Wellney Yarra

Hello, Ladies!

Mungkin kalian udah bisa nebak juga dari judul artikelnya apa yang akan kita bahas kali ini. Yuup! Kali ini, kita akan membahas tentang “peace” alias damai sejahtera. Apa sih sebenernya arti damai itu? Nah, sebelum kita bahas lebih lanjut, aku pengen share Mazmur 27:4 yang berbunyi demikian, “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN, dan menikmati bait-Nya.” Ayat yang sungguh menenangkan bukan? Kalau membaca ayat ini, aku pun langsung berpikir tentang mengasingkan diri ke tempat yang tenang dan menikmati hadirat Tuhan. Mirip-mirip kalau retret ke Puncak gitu deh... 

Seringkali ketika kita mendengar kata ‘damai’, kita langsung berpikir tentang suasana yang tenang, aman, dan tentram. KBBI juga mengartikan kata ‘damai’ sebagai ‘tidak ada perang; tidak ada kerusuhan, aman.’ Namun, sebenernya apa sih arti damai menurut Alkitab? 

Kata ‘damai’ diambil dari bahasa Ibrani, ‘shalom,’ yang artinya... ‘Tidak ada yang hilang.’ Apakah kalian melihat perbedaannya? KBBI mengartikannya sebagai ‘tidak ada perang,’ namun Alkitab mempunyai pengertian damai yang berbeda, yaitu ‘tidak ada yang hilang.’ Untuk mengerti lebih lanjut, mari kita baca kembali Mazmur 27, namun kali ini kita baca dari ayat yang pertama. 

Dari Daud. Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya. Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN, dan menikmati bait-Nya. 
(Mazmur 27:1-4) 

Jeng jeng! Ayat yang selama ini membuat kita berpikir tentang suasana yang diam dan tenang ternyata Daud tulis ketika ia sedang melarikan diri dari Saul. Itu sebabnya kita juga dapat melihat di ayat kedua dan ketiga, di mana ia menuliskan bahwa ia diserang, dikepung dan peperangan pun timbul melawan dia. Namun Daud tidak berhenti sampai disana. Dia pun melanjutkan dan menuliskan di ayat ke-4, bahwa terlepas dari semua hal yang terjadi di dalam kehidupannya, dia ingin diam di rumah Tuhan seumur hidupnya, menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait Tuhan. 

Kembali ke definisi “shalom,” yaitu ‘tidak ada yang hilang.’ Apa yang dapat kita pelajari dari cerita Daud? Kita belajar, bahwa ‘damai’ tidak tergantung kepada keadaan. Definisi damai bukan seperti yang diartikan KBBI, yaitu keadaan dimana tidak ada peperangan. Damai yang sesungguhnya yaitu ketika kita, seperti Daud, tidak merasakan kehilangan walaupun hidup kita saat ini seperti zona perang, karena kita tahu Tuhan beserta kita. Damai bukan perasaaan yang kita rasakan ketika semua hal berjalan dengan aman, tentram dan baik-baik saja. 

Damai adalah...

Ketika kita diserang, dikepung dari segala arah, ketika masalah-masalah menghadang, ketika kita menghadapi peperangan, dan terlepas dari semuanya itu, kita tidak merasa kehilangan. 

Hidup kita tidak harus sempurna terlebih dahulu agar kita dapat merasakan damai. Masalah-masalah dalam hidup kita tidak harus menghilang dulu agar kita dapat merasakan damai. Peperangan dalam hidup kita tidak harus usai dulu agar kita dapat merasakan damai. Sebab, damai dari Kristus tidak tergantung keadaan: Ia “melampaui segala akal” dan “memelihara hati & pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7

Aku tidak tahu bagaimana hidup kalian saat ini dan masalah-masalah apa yang sedang merenggut damai sejahtera dari hidup kalian. Namun, kalian tidak perlu membiarkan damai kalian hilang karena keadaan lagi. From now on, you know you can have peace, even when you’re pissed.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^